Dalam acara puncak “World Batik Summit” yang diberi tajuk “Cultural Evening Performance”, tiga desainer mancanegara, yakni Lu Kun dari China, Deanoor dari Malaysia dan Kaoru dari Jepang memamerkan karya mereka dengan mengangkat batik Indonesia sebagai material utama.
Â
Lu Kun melihat apa yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan batik perlu dicontoh oleh negara lain.
Â
“Kekuatan para perancang busana Indonesia terletak pada koleksi yang dibuat handmade (menggunakan tangan). Saya tertarik bagaimana motif penari Bali bisa begitu menyatu secara elegan dengan batik, sehingga pantas dikenakan pada acara khusus,” kata pria 29 tahun ini kepada okezone usai pergelaran busana “Cultural Evening Performance” di Jakarta Convention Center, Kamis (29/9/2011).
Â
Dalam peragaan busana tersebut, Lu Kun menggunakan batik Danar Hadi dan mengangkat tema “Miss Shanghai”. Pria ramah ini mendeskripsikan koleksi bercitra seksi, feminin, dan bitchy.
Â
“Bitchy sebenarnya tentang attitude, yakni seseorang yang memiliki kontrol penuh atas hidupnya. Jadi, penggunaan batik membuat dia bitchy dalam arti yang baik,” jelasnya.
Â
Kendati baru pertama kali menjajakan kaki di Indonesia, ia tidak merasa asing sebab keramahtamahan dan pola detail seni Tanah Air tidak begitu jauh berbeda dengan negaranya dalam penerapannya ke busana.
“Sabtu besok saja saya akan berlibur ke Bali karena ini merupakan pertama kalinya saya ke Indonesia. Saya ingin menyelami budaya asli dan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal Indonesia,” tutup Lu Kun.
(tty)