KETIKA status anak berubah dari siswa biasa menjadi mahasiswa, sering kali orangtua terkejut dengan dunia baru yang dimasuki buah hatinya. Waktu pulang kuliah menjadi tidak menentu, pergaulan berubah, atau aktivitas makin padat.
Pikiran buruknya, orangtua akan menganggap anak hanya main-main dan semata-mata hanya mencari eksistensi di kampus. Bukan belajar sungguh-sungguh menekuni mata kuliah jurusan yang mereka pilih.
Dalam hal ini, Vivid Fitria Argarini selaku pemerhati remaja, mengimbau agar orangtua tidak selalu memandang buruk eksistensi yang diburu anak remajanya. Karena eksitensi tidak selalu mengarah ke hal negatif, karena jika orangtua dekat dengan anak, kemungkinan mereka mampu memahami kebutuhan si buah hati, bisa jadi anak mengejar sesuatu yang bermanfaat untuk masa depan mereka.
“Kita bicara kuliah, maka jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang/kuliah-pulang. Saya sampaikan juga kepada para orangtua bahwa mereka sudah harus terbiasa mengetahui, anak kuliah bukan hanya untuk mendapat ilmu secara kognitif,” terang Vivid ketika dihubungi Okezone via telefon, Kamis (15/9/2016).
Karena, jelasnya lebih lanjut, ilmu-ilmu yang ada dibuku kini bisa didapat di dunia maya. Baik yang sifatnya general, sampai yang spesifik. Jadi, berpikir terbukalah bahwa kuliah menuntun anak belajar cara bertanya dengan baik, mengatur waktu, bersosialisasi, dan berinteraksi kepada dosen.
“Selain itu mereka membuka jaringan seluas-luasnya, baik dengan senior, dosen, atau dosen tamu, yang akan membantu mereka ketika berkarier kelak. Nah, pelajaran-pelajaran itulah yang tidak ada diinternet,” ujar wanita lulusan University of Wisconsin, Whitewater jurusan Komunikasi ini.
(ren)