PENYAKIT tidak menular (PTM), seperti jantung, stroke, dan diabetes masih menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia cenderung meningkat.
Stroke dan penyakit jantung
Dari Data Global Burden of Disease 2010 dan Health Sector Review 2014 menyebutkan, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pertama hingga kini. Padahal 30 tahun silam, penyakit menular seperti ISPA, tuberkulosis dan diare banyak dialami penduduk Indonesia.
Sementara, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi dan stroke terkait rokok semakin meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 7,6 pesen pada tahun 2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013. Sedangkan prevalensi stroke meningkat dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen dalam tahun jangka waktu yang sama.
Sedangkan Survei Sample Registration (SRS) tahun 2014 di indonesia, penyakit jantung koroner dinilai penyebab kematian kedua setelah stroke, dengan prevalensi sebesar 12,9 persen.
Oleh karena itu, ketahui beberapa fakta menarik berikut soal penyakit jantung berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Kementerian Kesehatan RI.
Prevalensi penyakit jantung Indonesia
Tahun 2007, mengungkapkan 7,2 persen atau 7 dari 100 orang menderita penyakit jantung berdasarkan diagnosis. Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi penyakit jantung yang didiagnosis mencapai 1,5 persen berdasarkan diagnosis dan pemeriksaan gejala menderita penyakit jantung koroner.
Penderita jantung koroner di NTT tertinggi
Ternyata prevalensi penyakit jantung koroner yang tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebesar 4,4 persen dan terendah di Provinsi Riau sebesar 0,3 persen.
NTT juga menempati peringkat tertinggi gagal jantung
Prevalensi penyakit gagal jantung nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 0,3 persen. Prevalensi tertinggi terdapat di NTT sebesar 0,8 persen dan terendah di Kalimantan TImur, Bangka Belitung, Lampung, Bengkulu, dan Jambi sebesar 0,1 persen.
Penderita terbanyak di 65 - 74 tahun
Prevalensi penyakit jantung koroner banyak terjadi di usia 65 - 74 tahun (3,6 persen), lebih dari usia 75 tahun (3,2 persen), diikuti usia 55 - 64 tahun (2,1 persen), usia 35 - 44 tahun (1,3 persen).
Penderita jantung berdasarkan status ekonomi
Menurut status ekonomi, penyakit ini banyak diderita oleh masyarakat ekonomi tingkat bawah (2,1 persen) dan menengah ke bawah (1,6 persen).
Penyakit jantung menghabiskan modal tertinggi
Biaya yang dihabiskan pemerintah untuk menanggung penyakit katastropik sebesar Rp 13,6 triliun, dimana otal biaya penyakit jantung yang ditanggung mencapai 5,66 triliun rupiah. Diikuti dengan hipertensi sebesar Rp 3,21 triliun.
Pencegahan CERDIK
Kementerian Kesehatan memberikan imbauan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit jantung koroner dengan CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin olahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres).
Pemeriksaan kolesterol sekali dalam setahun
Kementerian Kesehatan memberi imbauan, setidaknya melakukan pemeriksaan kolesterol, setidaknya sekali dalam setahun di Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) atau ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.