Tumpeng Pungkur
Selain sebagai ungkapan rasa syukur, tumpeng juga sering hadir sebagai bagian dari ritual penolak bala. Tumpeng pungkur merupakan nasi yang dibentuk kerucut seperti gunungan kemudian dibelah menjadi dua bagian dan diletakkan pada posisi yang bertolak belakang. Dalam bahasa jawa, posisi saling membelakangi disebut ungkur-ungkuran. Lauk yang disajikan sebagai pelengkap adalah makanan yang tidak pedas serta sayuran yang dibuat urap tanpa tauge dan kangkung. Makna dari tumpeng ini adalah perpisahan antara orang yang sudah meninggal di akhirat dengan orang yang masih hidup di dunia. Maksud dari penyajian tumpeng pungkur agar selamatan terbebas dari semua pengaruh jahat atau disebut sebagai tolak bala sehingga diharapkan keluarga yang ditinggalkan akan terus tentram.
BACA JUGA:
6 Trik Ampuh agar Tidak Kebablasan Mengemil, Taruh dalam Piring Bukan...
5 Rasa Es Krim Paling Aneh, Ada Rasa Lobster hingga Telur Buaya! Tertarik Mencicipi?
Tumpeng Putih, Kuning dan Uduk
Pada dasarnya warna nasi pads nasi tumpeng adalah putih. Tetapi banyak juga yang membuat nasi tumpeng dengan menggunakan nasi kuning ataupun nasi uduk. Pemilihan warna nasi putih melambangkan kesucian sehingga lebih pas jika digunakan dalam acara keagamaan yang sakral. Penggunaan nasi kuning melambangkan kakayaan dan moral yang luhur, biasanya digunakan pada perayaan syukuran, pernikahan atau ulang tahun. Sementara nasi tumpeng uduk biasa dijadikan suguhan pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tumpeng Modifikasi
Tumpeng modifikasi adalah hasil kreasi tumpeng yang lebih modern dan fleksibel. Tumpeng ini terlihat lebih modern, bahkan sering disebut sebagai tumpeng suka-suka. Tumpeng modifikasi sama sekali tidak mengandung filosofi maupun makna. Nasi yang digunakan lebih bervariasi bahkan kadang menggunakan nasi goreng. Pilihan lauknya juga lebih beragam dan bisa disesuaikan dengan selera karena tidak ada pakem yang dipegang.
Follow Berita Okezone di Google News
(ndr)