KEBUDAYAAN yang ada di setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda. Sebagian dari kebudayaan tersebut masih dipertahankan, dan diteruskan pada generasinya hingga kini.
Salah satu kebudayaan yang masih diterapkan tersebut, yaitu ritual untuk menandakan seorang anak yang akan beranjak dewasa atau remaja. Ritual yang telah menjadi tradisi dilakukan dengan cara yang tidak biasa, bahkan mengundang rasa takut.
Melansir dari IndiaTimes, Senin (20/11/2017), berikut sederet negara yang masih mempertahankan ritual menakutkannya saat ada anak yang baru memasuki masa pubertas.
Dilukai Hingga seperti Sisik Buaya
Papua Nugini memiliki tradisi yang cukup mengerikan. Anak laki-laki yang mulai berusia 11 tahun di sana, harus melakukan ritual berupa disayat-sayat punggungnya, hingga bekas luka tampak seperti sisik buaya. Mereka berkewajiban melakukan tradisi ini, karena harus memberi penghormatan pada buaya. Untuk itu, anak laki-laki harus bersedia dilukai punggungnya, dan bercucuran darah.
Minum Sperma Tetua Adat
Ritual adat yang satu ini tidak cukup mengerikan, tapi terkesan menjijikan. Pasalnya, anak laki-laki yang termasuk dalam Etoro, Papua Nugini, harus minum sperma para tetua mereka, ketika mulai beranjak dewasa. Mereka percaya dengan melakukan tradisi tersebut, bisa membuat tubuh menjadi lebih kuat, dan memiliki keberanian yang lebih besar. Hal yang pasti membuat Anda terbelalak adalah anak laki-laki dari suku itu harus mulai minum sperma mulai usia tujuh tahun hingga 17 tahun setiap harinya.
Pengikiran Gigi
Di Indonesia pun ternyata ada ritual adat yang cukup mengerikan. Namanya mepandes, ritual yang masih diterapkan di Bali tersebut, merupakan pengikiran gigi yang dilakukan dengan tujuan untuk menangkal hawa napsu,keserakahan, kamarahan, dan kecemburuan. Namun, hanya dilakukan pada anak perempuan saja yang telah mencapai masa pubertasnya.
Meratakan Payudara
Di saat perempuan yang mulai beranjak dewasa menginginkan payudara yang berisi dan padat, anak-anak gadis di Afrika justru harus meratakan payudara mereka. Ritual meratakan payudara ini menggunakan batu besar, palu atau spatula untuk memampatkan jaringan payudara mereka.