Tetapi sebagai manusia, kita bias oleh indra kita sendiri.
Untuk mengerti kesukaan hewan akan plastik, para ilmuwan harus mencoba melihat dunia seperti yang hewan lakukan.
Manusia adalah makhluk visual, tetapi ketika mencari makan, banyak hewan laut, termasuk albatros, bergantung pada indera penciuman mereka.
Savoca dan rekan-rekannya telah melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa beberapa spesies burung laut dan ikan tertarik pada plastik karena baunya.
Secara khusus, plastik mengeluarkan dimethyl sulfide (DMS), senyawa yang dikenal menarik burung mencari mangsa.
Pada dasarnya, ganggang tumbuh di plastik mengambang, dan ketika ganggang tersebut dimakan oleh kril - sumber makanan laut utama - ia melepaskan DMS, menarik burung dan ikan yang kemudian mengunyah plastik, bukan kril yang sebenarnya mereka cari.
Bahkan untuk penglihatan, kita tidak bisa langsung mengambil kesimpulan ketika mempertimbangkan daya tarik plastik.
Foto: Shutterstock
Seperti manusia, kura-kura laut sangat bergantung pada penglihatan mereka untuk mencari makanan.
Namun, mereka juga dianggap memiliki kemampuan untuk melihat sinar UV, membuat penglihatan mereka sangat berbeda dari kita.
Qamar Schuyler dari The University of Queensland, Australia, mendalami isi kepala penyu dengan memodelkan kemampuan visual mereka dan kemudian mengukur karakteristik visual dari plastik saat penyu melihatnya.
Dia juga memeriksa isi perut penyu yang sudah mati untuk mengerti plastik pilihan mereka.
Kesimpulannya adalah bahwa meski penyu muda relatif tidak pandang bulu, penyu yang lebih tua lebih suka mengincar plastik yang lunak dan tembus cahaya.
Schuyler berpendapat bahwa hasilnya menegaskan gagasan lama bahwa penyu salah mengira tas plastik dengan ubur-ubur yang lezat.
Warna juga dianggap sebagai faktor dalam konsumsi plastik, meskipun preferensi bervariasi antar spesies.
Penyu muda lebih menyukai plastik putih, sementara Schuyler dan koleganya menemukan bahwa burung laut yang disebut penggunting laut (shearwater) memilih plastik merah.
Selain penglihatan dan penciuman, ada indera lain yang digunakan binatang untuk mencari makanan. Banyak hewan laut berburu dengan echolocation, terutama paus bergigi dan lumba-lumba.
Echolocation dikenal sangat sensitif, namun puluhan paus sperma dan paus bergigi lainnya ditemukan mati dengan perut penuh dengan kantong plastik, onderdil mobil dan detritus manusia lainnya.
Savoca mengatakan kemungkinan echolocation mereka salah mengidentifikasi benda-benda ini sebagai makanan. "Ada kesalahpahaman bahwa hewan-hewan ini bodoh dan hanya makan plastik karena ada di sekitar mereka, tetapi itu tidak benar," kata Savoca.
Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan ini adalah pemburu dan penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun untuk menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat spesifik.
"Plastik baru ada selama sebagian kecil dari waktu itu," kata Schuyler.
Pada saat itu, mereka entah bagaimana memasukkan plastik ke kategori 'makanan'. Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan bahkan bunyinya terdengar seperti makanan.
Sampah kita datang dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan, dan inilah masalahnya.
Schuyler ingat seseorang bertanya, "mengapa kita tidak membuat semua plastik berwarna biru?", mengingat eksperimen menunjukkan warna ini kurang populer di kalangan penyu.
Tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa untuk spesies lain, justru kebalikannya.
Jadi jika tidak ada solusi universal, tidak ada aspek plastik yang dapat kita ubah dengan mudah untuk mencegah hewan memakannya, lalu apa yang bisa kita ambil dari usaha kita masuk ke dalam pikiran pemakan plastik?
Savoca berharap kisah tragis seperti albatrosnya Attenborough akan membantu membalikkan perilaku konsumen terhadap plastik sekali pakai dan mendorong orang untuk berempati dengan hewan-hewan ini.
Pada akhirnya ini akan membantu memotong pasokan makanan sampah yang masuk ke lautan.
Baca Juga: INAPA 2023, Yuk Kenalan dengan Produk Transportasi Ramah Lingkungan dan Elektronik Otomotif Taiwan
Follow Berita Okezone di Google News
(ris)