Ada pemandangan yang tak biasa di bawah pohon talok di sudut barat pasar tradisional Jagalan, Banjaroya, kalibawang, Kulon Progo. Pasalnya, anak-anak Sekolah Dasar berkerumun di sana pada Kamis pagi (7/3/2019).
Mereka mengerumuni seorang pedagang alat pertanian dan bibit. Mereka menanyakan harga sabit dan peralatan rumah tangga yang dijawab penjual dengan tenang.
Anak-anak desa itu mengamati dagangan yang digelar di tanah beralaskan plastik. Enam anak laki-laki tidak sabar untuk memilih sabit yang beragam jenis dan ukurannya. Satu demi satu diamati, dipegang, dan dibandingkan. Sabit yang dirasa sesuai dengan yang diinginkannya disisihkan. Terkumpul 12 jenis sabit yang hendak dibeli. Bergantian anak-anak perempuan mendekat pada penjual yang masih duduk di antara dagangan yang dibuat dari baja itu.
Â
“Kami ingin membeli pisaunya, Pak," kata Tiwi.
 Baca Juga: Menyingkap Cerita di Balik Tank-Tank Sisa Perang Dunia II di Papua Barat
Pedagang yang bernama Rohani itu mempersilakannya. Ditunjukkan pisau-pisau yang dibawanya kepada 5 anak perempuan itu. Mereka menginginkan 10 pisau. Maka dipilihnyalah sambil bertanya harga perbijinya.
Giliran membayar pisau dan sabit itu, anak-anak lalu berhitung berapa uang yang harus dibayarkan pada Rohani yang sudah berusia 64 tahun itu. Masing masing anak tampak sibuk menghitung. Perwakilan dari anak laki-laki dan perempuan membayarkan sejumlah uang sesuai dengan harga jualnya.
Pemandangan kecil ini menarik perhatian sebagian pengunjung pasar. Mereka yang penasaran spontan bertanya pada orang di sekitar lokasi, atau bertanya pada salah satu anak yang berkerumun itu.
“Asalmu dari mana, Nak?” tanya seorang pengunjung pasar. Anak-anak itu kemudian menjawab dengan jelas. Ketika transaksi usai, Reyhan, mewakili teman-temannya mengucapkan terima kasih kepada Pak Rohani dan mendoakan agar dagangannya laris.
 Baca Juga: Gudeg Pawon Jogja, Kuliner Malam yang Tak Pernah Sepi
Â
Toko Pertanian
Setelah istirahat sejenak, rombongan anak kelas V SD Kanisius Kenalan itu melanjutkan kegiatan membeli bibit di toko pertanian Sedulur Tani. Cukup 10 menit perjalanan dengan kendaraan, mereka tiba di toko pertanian. Helena mewakili teman-temannya mohon ijin pada pemilik toko untuk melihat tempat persemaian bibit.
Di belakang tokonya, tersedia lahan yang cukup untuk menyemai berbagai bibit tanaman sayuran. Helena dan kawan-kawan menuju ke tempat itu dan bertemu dengan salah satu orang yang merawat persemaian.
Sejenak, anak-anak ini mencari tahu secara sekilas tentang persemaian sayuran dan toko pertanian milik Pak Bowo. Jenis jenis sayuran yang disemai di situ pepaya, lombok, terong, tomat, dan masih banyak lagi. Usaha ini sudah ditekuni oleh Pak Bowo lebih dari 15 tahun. Selain persemaian ini, Pak Bowo juga menyediakan sarana dan kebutuhan pertanian termasuk pupuk. Semua penghasilan dari usahanya untuk menopang kehidupan keluarganya dan untuk membiayai sekolah anaknya.
Anak-anak ini membawa uang Rp50 ribu dan memohon kepada Pak Bowo untuk disediakan bibit papaya, terong, dan lombok. Maka, mereka berdiskusi.
“Berapa harga masing masing bibit, Pak?” tanya salah satu anak.
Pak Bowo menyebutkan harga masing-masing bibit yang diminta. Mereka cukup membayarkan Rp40 ribu untuk bibit sayuran yang diminta anak-anak.