KECINTAAN Miss Indonesia Alya Nurshabrina pada dunia lukis sudah muncul sejak dia kecil. Seperti yang dia selalu sampaikan, dunia seni menjadi bagian dalam dirinya yang tak bisa dilepaskan, selain dunia cendekia.
Belajar melukis secara otodidak membuat Alya mampu mengekspresikan sebuah makna dengan caranya sendiri. Bahkan, sampai saat ini Alya mengaku tidak ingin mengotakkan dirinya dalam satu genre seni lukis. Alasannya jelas, mau terus eksplorasi.
Bicara tentang seni dan Alya Nurshabrina seperti akar dan pohon, tidak bisa dipisahkan. Itu juga yang membuat Alya sangat tertarik pada dunia lukisan. Bahkan, Alya baru saja ditunjuk sebagai pembuka acara pameran lukisan sang maestro dunia seni dan budaya Lima Bintang. Pameran tersebut berlangsung di Institut Français d'Indonésie - Wijaya, Jakarta Selatan.
Dalam pidato singkatnya, Alya coba meng-highlight tema dari pameran tersebut, yaitu "Emansipasi". Bagi perempuan Bandung itu, emansipasi adalah kebebasan dan itu sudah ada sebelum konsep maskulinitas dan feminitas muncul.
"Emansipasi adalah kebebasan dan ini sudah dimiliki manusia sejak lama. Dengan emansipasi ini, sebuah konsep dapat dimaknai dalam berbagai perspektif dan bagi saya seni muncul sebagai bentuk ekspresi dalam menyampaikan makna," terangnya di acara tersebut, Senin malam (1/4/2019).
Alya melanjutkan, dirinya sangat kagum dengan para maestro Lima Bintang. Menurut dia, lima sosok ini mampu mengolah kepekaan mereka pada isu sosial yang kemudian mereka ekspresikan dalam bentuk seni. "Membahasakan sesuatu yang sulit dimengerti dengan seni adalah kecerdasan yang tak dimiliki banyak orang dan para maestro Lima Bintang memiliki hal itu," singkatnya.
Perlu Anda ketahui, Lima Bintang itu ialah Remy Sylado, MasPadhik, Mariatiwi, Kembang Sepatu, dan Ipong Purnama Sidhi. Mereka berlima ini adalah sosok-sosok luar biasa di balik seni dan budaya bangsa Indonesia.
Kembali membahas pameran lukisan, "Emansipasi" dipilih ternyata dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh pada 21 April. Pameran ini sendiri bertujuan untuk menyatukan perbedaan yang sepertinya sekarang ini semakin nyata terlihat. Nah, dengan diciptakannya karya dari Lima Bintang, diharapkan memberi contoh konkrit harmonisasi itu bisa tercipta sekali pun dalam kondisi berbeda agama, suku, ras, maupun kepercayaan.