SETIAP orangtua pasti ingin anaknya terlahir sempurna dan bisa berkembang layaknya manusia normal pada umumnya. Sayangnya, beberapa anak kurang beruntung sejak ia terlahir ke dunia.
Ya, salah satu kondisi lahir yang bisa dialami oleh anak sejak lahir adalah kondisi lahir bibir sumbing dan sumbing langit-langit. Berdasarkan penelitian, 1 dari 700 kelahiran di Asia terdapat bayi yang terlahir dalam kondisi bibir sumbing atau sumbing langit langit, dengan laju pertumbuhan kelahiran di Indonesia terdapat bayi lahir dengan kondisi tersebut 8.000 – 9.000 kasus per tahun.
Tentunya cukup banyak sekali anak-anak yang mengalami kondisi terlahir dengan bibir sumbing dan sumbing langit-langit saat ini. Hal ini dibenarkan oleh Program Director sekaligus Country Manager Indonesia, SmileTrain, Deasy Larasati. Menurutnya, bibir sumbing bukanlah kecacatan permanen melainkan kelainan kondisi lahir yang menyebabkan pertumbuhan bagian tubuh seorang anak menjadi kurang sempurna.
Ia menegaskan hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti bagaimana bisa terjadi kasus bibir sumbing pada anak. Namun, beberapa faktor seperti ibu hamil yang kekurangan nutrisi berpotensi membuat bayi lahir dengan kondisi bibir sumbing atau sumbing langit langit.
"Penyebab pastinya belum dapat dipastikan, tapi bibir sumbing bisa terjadi karena beberapa faktor. Ketidaktahuan seorang wanita bahwa dirinya sedang hamil kemudian minum obat penghilang rasa sakit tanpa resep dokter," tutur Deasy, kepada Okezone dalam acara Baksos Bibir Sumbing Mitra Keluarga Depok.
Deasy juga menegaskan bahwa operasi bibir sumbing dan langit-langit membutuhkan biaya cukup besar, satu kali tindakan operasi bisa menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. Dia mencontohkan, pasien yang ditangani RS Mitra Keluarga biaya operasinya sekira Rp30 juta untuk bibir sumbing dan sumbing langit-langit biayanya lebih mahal. Tapi di kesempatan Bakti Sosial ini semua pasien dibantu gratis dengan penanganan yang sama dengan pasien berbayar mulai dari dokternya, obat obatan dan fasilitas lainnya.
Deasy menambahkan, penderita bibir sumbing dan langit-langit juga kerap mengalami masalah psikologis. Tak hanya dari luar keluarga, bahkan tak sedikit dari orang terdekat mereka pun kerap menelantarkannya.
"Begitu lahir tak sedikit anak ditolak oleh ibunya sendiri. Jangankan memberi ASI, sekadar memegang anak pun mereka tidak mau. Alhasil banyak anak yang ditinggalkan oleh orangtua dan dititipkan di panti asuhan atau diasuh oleh kakek neneknya. Ada pula yang menerima tapi tidak melakukan apa-apa untuk mencari tahu bantuan operasi anak tersebut," lanjutnya.