Pagi itu, 17 November 2016, tepat pada pukul 09.30 WIB, menjadi hari paling membahagiakan bagi Christin Natalia dan Leonard Rizal Tamba. Buah hati yang selama kurang lebih tiga tahun dinantikan, akhirnya hadir di tengah-tengah keluarga kecil mereka melalui program bayi tabung.
Setelah menikah dengan sang suami pada 2014 lalu, Christin memang sempat dilanda kekhawatiran teramat dalam (belum terpikir bayi tabung). Dokter mengklaim bahwa wanita yang kini berusia 34 tahun itu akan kesulitan untuk mendapatkan momongan.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi rahimnya yang dinilai tidak cukup kuat untuk mengandung. Kekhawatiran tersebut ternyata telah dirasakan Christin sejak duduk dibangku SMP.
Dia mengaku sering jatuh pingsan dan muntah-muntah akibat rasa sakit yang sangat hebat saat menstruasi tiba. Begitu pun setelah ia resmi menjadi seorang istri.
"Setelah menikah semakin kacau. Dokter bilang hormon saya tidak bagus. Bukan satu atau dua dokter saja yang mengatakan rahim saya bermasalah," terang Christin Natalia saat dihubungi via sambungan telepon, Minggu (19/5/2019).
Bentuk rahim Christin pun cenderung berbeda dengan wanita pada umumnya. Hasil penelusuran Okezone, rahim wanita umumnya berbentuk seperti buah pir dengan rata-rata panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, dan kedalaman 2,5 cm. Sementara rahim Christin bila digambarkan, bentuknya seperti hati terbelah.
Kelainan bentuk rahim inilah yang dinilai dapat memengaruhi kesuburan. Alhasil, tiga tahun pasca pernikahannya, Christin belum juga dipercaya untuk memiliki momongan.
"Karena ada masalah pada rahim saya, dokter bilang saya tidak bisa hamil alami. Kalau pun bisa, pertemuan sperma dengan sel telur tidak akan sempurna, dalam kata lain tidak akan jadi embrio," terang Christin.
Berbagai upaya telah dia lakukan, termasuk melakukan inseminasi, akupuntur, pemanasan rahim, dan tak terhitung pula berapa kali ia keluar masuk rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan. Namun sayang, hasilnya pun tetap nihil.
Hingga pada suatu waktu, Christin dan sang suami sepakat untuk mencoba program bayi tabung di Penang, Malaysia. Ide ini ia dapatkan setelah mencari informasi di internet, dan berdiskusi dengan sejumlah kerabat.
"Kenapa Penang? Jadi waktu terakhir aku berobat di Jakarta, dokternya bilang 'Ini suatu penyakit yang harus ibu terima'. Mereka tidak menemukan solusi sama sekali," kenang Christin.
Berobat ke Negeri Jiran Malaysia
Keputusan menjalani program In Vitro Fertilisation (IVF) atau lebih dikenal dengan istilah bayi tabung, menjadi satu-satunya harapan Christin untuk mendapatkan momongan. Oleh karena itu, dia tidak mau melakukan setengah hati. Apalagi mengingat biayanya yang tidak murah.
Bermodalkan nekat dan doa, tahun 2015 lalu, Christin dan suami terbang ke Penang, Malaysia, untuk memulai program. Mereka menjatuhkan pilihan pada klinik Loh Guan Lye. Klinik ini memang dikenal memiliki reputasi baik untuk urusan bayi tabung.
Follow Berita Okezone di Google News
Namun, mengingat Christin sempat menjalani sejumlah tindakan di Indonesia, pihak dokter menyarankan untuk menjalani proses pengobatan terlebih dahulu secara bertahap.
"Ternyata tindakan di Jakarta itu membuat rahimku infeksi. Aku juga didiagnosis mengidap polip dan endometriosis. Jadi waktu check up pertama, rahimku harus dinormalkan terlebih dahulu sebelum memulai program," kata Christin.
Pihak dokter sempat melakukan operasi kecil untuk mengikis dinding rahim Christin agar kembali normal. Dia dan suaminya juga diminta meminum sejumlah obat dan vitamin untuk meningkatkan kesuburan.
Proses pemulihan memakan waktu selama kurang lebih tiga bulan. Setelah itu, Christin kembali ke Penang untuk memulai program bayi tabung pada Maret 2016.
Program bayi tabung
Rasa cemas dan khawatir mulai dirasakan Christin ketika memulai program bayi tabung. Bukan tanpa sebab, program ini memang terbilang rumit dan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Pada tahap pertama, Christin harus mengikuti serangkaian treatment, termasuk menerima 14 kali suntikan untuk memperbesar sel telur agar tidak pecah di dalam rahim. Di hari ke-12, dokter akan melakukan USG untuk melihat ketebalan rahim, dan kualitas sel telur.

Jika sudah memenuhi syarat, dua hari berikutnya akan langsung dilakukan OPU (Ovum Pick Up). OPU merupakan proses penyedotan sel telur menggunakan selang, kemudian sel tersebut akan dimasukkan ke dalam tabung dan dicampurkan dengan sperma yang telah disterilkan.
Diakui Christin, kala itu ia memiliki 18 sel telur yang siap dibuahi. Namun, hanya 8 buah yang dinilai memiliki kualitas terbaik dan memenuhi syarat. Setelah itu, barulah dilakukan transfer embrio.
Di Malaysia sendiri, telah ditetapkan bahwa embrio yang dapat dimasukkan ke dalam rahim maksimal hanya 3 buah. Berbeda dengan Indonesia yang jumlahnya lebih banyak. Tak heran bila beberapa waktu lalu, beredar kabar seorang wanita melahirkan bayi kembar 5 di Surabaya.
"Tapi entah kenapa yang ditransfer ke rahim saya cuman 2 embrio. Proses ini rasa sakitnya sungguh luar biasa, karena pasien tidak boleh di bius sama sekali. Kalau digambarkan, mirip seperti proses melahirkan, ada alat yang dimasukkan ke dalam rahim," papar Christin.
Setelah transfer embrio dilakukan, Christin harus menunggu selama dua minggu untuk melihat apakah embrio menempel di rahim atau tidak.
Berkat izin Tuhan, salah satu embrio berhasil menempel di sisi kiri rahimnya. Namun, perjuangan Christin belum selesai. Dia mengaku sempat mengalami pendarahan hebat.
"Itu karena embrio yang satu lagi tidak menempel, dan kondisi rahim saya yang lemah. Jadi dokter memberi dua pilihan, mau langsung balik ke Indonesia, atau nunggu 2 minggu lagi sampai ada detak jantung. Kami memilih tinggal," beber Christin.
"Puji Tuhan, setelah dilakukan cek darah dan USG, ada detak jantung di rahim saya. Barulah saya dan suami memutuskan kembali dan melanjutkan program di Indonesia," imbuhnya.
Kepada Okezone, Christin mengatakan program bayi tabung tersebut memakan waktu selama kurang lebih 1 bulan, dengan biaya mencapai Rp50 juta. Biaya ini tidak termasuk konsultasi dokter dan kehidupan mereka di Penang.
Kelahiran sang buah hati
Proses kehamilan Christin sejatinya sama dengan kehamilan pada umumnya. Christin bahkan mengaku sempat ngidam keju dan es jeruk. Kendati demikian, ada beberapa pantangan yang harus ia perhatikan antara lain, tidak boleh berhubungan badan, masturbasi, dan harus mengonsumsi makanan berprotein tinggi.
"Saya banyak makan salmon, putih telur, pokoknya yang berprotein tinggi. Sempat kembali ke Penang juga untuk cek embrio. Syukurnya, selama kurang lebih 9 bulan, kehamilan saya berjalan lancar," kata Christin.

Tepat pada pukul 09.30 WIB, 17 Maret 2016, sang buah hati yang selama ini ia nantikan lahir melalui operasi caesar dengan berat 2,6 kg. Bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu ia beri nama Noven Maria Angela Tamba.
Lucunya, waktu USG awal dokter mengatakan jenis kelamin si kecil adalah laki-laki. Tapi Chirstin tetap bersyukur anaknya lahir dalam kondisi sehat.

"Saya bersyukur banget dan merasa bangga bisa melalui program bayi tabung ini. Perjuangannya sangat panjang. Saya orangnya paling takut disuntik, tapi saat proses stimulasi sel telur yang sampai 14 kali itu, saya sendiri yang harus menyuntikkan obat ke perut saya. Ini benar-benar pengalaman yang sangat luar biasa," tutupnya.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.