Kecanggihan teknologi dan kecepatan informasi di era modern sekarang, bisa dibilang hadir bak pedang dengan dua mata sisi. Salah satu contohnya dengan pesatnya perkembangan media sosial, yang mana penggunanya sebagian besar bisa dikatakan adalah remaja dan generasi milenial yang memperhatikan tampilan visual.
Maka tidak heran, remaja sekarang begitu terlihat obsesif menggunakan filter-filter foto yang kerap mereka lihat pada sosok influencer. Mulai dari linimasa Instagram, Snapchat hingga Weibo.
Sampai akhirnya filter-filter yang membuat tampilan visual tampak lebih ideal ini, sekarang telah menjelma menjadi salah satu faktor pendorong di kalangan para remaja untuk melakoni tindak operasi plastik, meniru tampilan visual diri yang terlihat dengan aneka filter tersebut.
Â
Tengok saja contohnya seperti yang terjadi di China. Sebagaiman dilapor Southchinamorningpost, Selasa (18/6/2019) lebih dari setengah klien tindak operasi plastik tercatat adalah anak-anak muda di bawah usia 28 tahun.
Polanya pun berubah, jika satu dekade lalu orang datang ke klinik operasi plastik sambil membawa potret wajah model, artis, atau bahkan anggota keluarga yang dianggap punya visual di atas rata-rata. Kini yang dibawa sebagai contoh paduan adalah potret wajah diri sendiri yang sudah diberi filter berat dan diedit sedemikian rupa.
Â
Fenomena terkait kesehatan mental ini sendiri dikenal di industri dengan sebutan “Snapchat Dysmorphia”. Kultur swafoto di media sosial yang meningkatkan peran pervasif dalam membentuk hubungan diri dengan penampilan diri sendiri, yang mana fenomena disebutkan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Disebutkan oleh Julian De Silva, ahli bedah plastik berbasis di London, suka tidak suka memang media sosial memainkan peran yang begitu besar di kultur kehidupan sosial manusia sekarang, termasuk remaja.