Fatwa haram telah dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh terhadap permainan online PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG). Kebijakan ini rupanya berhasil menarik perhatian sejumlah media internasional. Termasuk Daily Mail asal Inggris.
Media ini memberitakan bahwa, PUBG yang selama ini dikenal menyuguhkan konten-konten kekerasan dan menjurus brutal, diklaim telah menghina Islam dan mempuat para pemain terjerumus pada aksi-aksi kekerasan. Pernyataan tersebut dikutip langsung dari penjelasan MPU.
Keputusan melarang atau mengharamkan PUBG tidak terlepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh para pejabat di Irak, China, Nepal, dan India. Mereka telah melarang PUBG karena khawatir dapat memicu kekerasan di dunia nyata.
Â
PUBG juga sering disamakan dengan film blockbuster keluaran Hollywood “The Hunger Games”, di mana setiap karakter akan melakukan pertarungan virtual sampai mereka mati. Namun meski konten yang disuguhkan didominasi oleh adegan-adegan kekerasan, permainan ini menjadi salah satu mobile game paling populer di dunia.
Alhasil, pada hari Rabu 19 Juni 2019, MPU Aceh telah mengimbau warganya untuk tidak lagi memainkan game tersebut. Mereka juga meminta pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan larangan secara langsung. Pasalnya, menurut hasil kajian para ahli, permainan game online ini diduga dapat mengubah perilaku dan menganggu kesehatan.
“Fatwa kami menyebutkan bahwa PUBG dan permainan serupa lainnya adalah haram (dilarang) karena dapat memicu kekerasan dan mengubah perilaku orang,” kata Faisal Ali, Wakil Ketua MPU Aceh.
Â
Selain Indonesia, Okezone juga telah merangkum sejumlah negara yang mengeluarkan kebijakan larangan bermain PUBG. Berikut ulasan lengkapnya, sebagiamana dilansir dari berbagai sumber, Kamis (20/6/2019).
China
Akhir tahun 2018, Fox Sports Asia mengeluarkan daftar 20 game online yang dilarang oleh pemerintah China. Salah satu di antaranya adalah PUBG. Online Ethics Review Committee yang berada langsung di bawah pemerintahan China, mengklaim bahwa ada unsur-unsur kekerasan dan melanggar peraturan sosial terutama menyangkut etnis pada game tersebut.
Baca Juga: Aksi Nyata 50 Tahun Hidupkan Inspirasi, Indomie Fasilitasi Perbaikan Sekolah untuk Negeri
Follow Berita Okezone di Google News