Perubahan gaya hidup di kalangan generasi milenial memicu persaingan di kalangan produsen minuman beralkohol. Alhasil, belakangan ini mulai banyak perusahaan-perusahaan minuman keras yang melebarkan bisnis mereka ke Indonesia.
Meski target pasar masih terbatas (segmented), lambat laun perkembangan minuman beralkohol di dalam negeri mulai mengalami peningkatan. Apalagi, Indonesia termasuk salah satu pasar yang sangat menjanjikan, terutama di kawasan Asia Tenggara
Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat setiap tahun. Faktor pemicunya berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Menurut Edhi Sumadi selaku Managing Director PT Pernod Ricard Indonesia, minuman beralkohol saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia.
"Biasanya di negara berkembang itu, masyarakatnya cenderung mau menunjukkan image mereka. Perilaku ini sebetulnya sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak tahun 70-an, tetapi sekarang mulai ramai kembali," terang Edhi Sumadi saat ditemui Okezone di kawasan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Di kalangan generasi milenial sendiri, minuman beralkohol tidak hanya masuk dalam ranah hiburan atau dikonsumsi saat sedang hangout saja. Tetapi sudah mulai merambah ke arah yang lebih serius termasuk dalam ranah profesional.
Ambil contoh ketika seorang pekerja kantoran hendak menjamu, atau meeting dengan klien di restoran. Minuman beralkohol biasanya menjadi pilihan mereka untuk menunjukkan bentuk apresiasi dan keseriusan kepada si klien.
Nah, di kawasan Asia, jenis minuman alkohol yang memiliki prestige lebih besar adalah minuman (spirit) berwarna cokelat seperti, cognac dan whiskey.
"Brown spirit itu sering dipilih karena lebih bergengsi. Satu botol saja harganya bisa mencapai Rp5 juta - Rp10 juta. Orang-orang Asia, termasuk Indonesia lebih prefer minuman ini," kata Edhi.