Kecantikan wanita Sulawesi Tenggara erat kaitannya dengan keunikan tradisi dan adat istiadat setempat. Salah satunya adalah tradisi memingit anak gadis yang beranjak dewasa selama 8 hari 8 malam demi menjaga kesucian gadis tersebut.
Pada malam ke-8, dilakukan ritual dengan tarian-tarian yang diiringi oleh tabuhan gendang dan dihadiri oleh pemuka adat. Mereka percaya, jika ada salah satu gendang yang pecah, pertanda bahwa gadis itu tidak suci lagi. Tradisi ini dikenal dengan nama “Posuo”. Tradisi Posuo akhirnya dijadikan Ferry Sunarto sebagai tema fashion show tunggalnya, yaitu 'De Posuo'.
"Saya pilih kain dari Sulawesi Tenggara. Dan sebenarnya Indonesia itu benar-benar kaya," ungkapnya.
Kepolosan dan keceriaan para gadis Sulawesi Tenggara diinterpretasikan oleh Ferry Sunarto ke dalam warna-warna riang seperti butter yellow, mint green, dusty pink, dan lavender. Pemilihan warna tersebut menjadi simbol canda tawa para gadis belia yang dituangkan dalam paduan kain tenun tangan khas Sulawesi Tenggara.
Koleksi pret-a-porter dan couture spring/summer 2020 karya Ferry Sunarto ini serajut dengan konsep transisi para gadis menjadi sosok wanita dewasa. Pada kesempatan ini, Ferry Sunarto akan menampilkan koleksi pret-a-porter yang lebih ringan dan cheerful lalu ditutup dengan koleksi couture yang chic dan sophisticated. Terdengar cukup kontras antara keduanya, namun pada hakikatnya, terjalin benang merah yang kuat dengan inspirasi kebaya modern khas Ferry Sunarto.