INDUSTRI fesyen dunia identik dengan dominasi dari wanita dan pria kulit putih. Super kurus, jenjang, berparas khas Eropa atau Kaukasian. Namun seiring perkembangan industri modeling, panggung runway juga editorial majalah fesyen ternama, mulai diisi oleh para wanita Afrika.
Dari kamp pengungsian ke panggung runway, jadi tanda indikator keberhasilan para wanita Afrika ini berkarir di industri modeling dan fesyen dunia.
Tahukah Anda, para model Afrika ini contohnya Adut Akech Bior adalah mantan pengungsi Sudan? Sebelum kini akhirnya berhasil menjadi sensasi di dunia modeling dan fesyen.
Adut dan para wanita Afrika lainnya, sekarang disebutkan telah sukses mengikuti jejak dari model Afrika lainnya, sebut saja model Somali-Amerika, Iman, Sudan-Inggris yakni Alek Wek, hingga Sudan-Australia, Ajak Deng.
Disebutkan lebih lanjut, setidaknya ada delapan model keturunan Sudan-Australia yaitu Adut Akech Bior, Achol Ajak Yong “Akiima”, Ajak Deng, Sabah Koj, Duckie Thot, Aweng Chuol, Prince Del dan Adau Mornyang yang masuk sebagai jajaran model yang berjalan di panggung runway pagelaran busana autumn 2019 show musim ini.
Salah satunya Adut, yang diketahui berjalan untuk fesyen show rumah mode mewah kenamaan, Chanel, Saint Laurent.

Tidak hanya itu, Adut juga berhasil menghiasi cover majalah Vogue Prancis, untuk edisi April 2019. Maka tidak heran, kini Adut disebutkan jadi model paling laris di pasaran.

Pemberitaan tentang kiprah sukses para model Sudan ini, begitu kontras dengan pemberitaan negatif sekira 18 bulan lalu di media Australia, yang mengklaim adanya peningkatan tindak kekerasan di jalanan oleh orang-orang Afrika di Melbourne.
Dengan kerja keras, kesabaran dan ketekunan. Siapa sangka gadis-gadis yang pernah hidup di tenda pengungsian ini akhirnya kini menjelma menjadi jajaran supermodel sukses. Demikian seperti dilansir Southchinamorningpost, Sabtu (7/7/2019).