Bila melihat data lainnya yang menunjukkan perceraian didominasi oleh pasangan usia produktif yaitu 22–39 tahun, maka bisa ditarik kesimpulan jika kedewasaan memainkan peran penting.
Sebab, bukan tidak mungkin perselisihan di antara pasangan dipicu karena pemikiran yang belum matang. Hal ini banyak terjadi pada pasangan yang menikah di usia muda.
Arrundina mengatakan, di usia muda seperti awal 20-an, seseorang baru saja memasuki masa dewasanya. Dirinya bisa jadi merasa kaget dengan peran baru sebagai orang dewasa, sehingga masih perlu belajar banyak hal untuk menghadapi masalah atau tantangan kehidupan. Selain itu, di usia tersebut masih banyak orang yang ingin mengeksplorasi banyak hal dan belum memahami dirinya sendiri.
Kondisi-kondisi tersebut membuat pola pikir masih cenderung labil. Ketika dihadapkan pada pernikahan dan menemui masalah, tidak menutup kemungkinan bisa timbul perselisihan yang mengarah ke perceraian. Lantas, adakah usia ideal seseorang untuk menikah?
“Usia 25 tahun ke atas dianggap sudah tepat untuk menikah karena sudah lebih paham bagaimana peranan menjadi org dewasa. Mereka juga sudah memahami konsekuensi dari keputusan dan tindakan yang dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun sekitar,” tandas Arrundina.
(mrt)