SEJAK sebulan terakhir masyarakat Indonesia dihebohkan dengan polusi udara yang menyerang Ibu Kota Jakarta. Menurut aplikasi AirVisual, Jakarta tercatat sebagai kota paling berpolusi di dunia.
Asap kendaraan bermotor serta emisi yang dihasilkan dari pabrik-pabrik, diduga menjadi penyebab polusi udara semakin tinggi. Tentunya hal ini tidak bisa dipungkiri lagi. Secara kasat mata pun, beberapa spot di wilayah Jakarta terlihat seperti berkabut.
Jika terlalu lama dihisap oleh manusia, polutan berbahaya tersebut bisa menimbulkan penyakit saluran pernapasan bahkan berakhir dengan kanker paru-paru. Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Persahabatan, dr. Sita L Andarini, Ph.D, Sp.P(K) menjelaskan bahwa tidak ada cara untuk membersihkan paru-paru.
"Bahkan gurah pun tidak bisa membersihkan paru-paru. Langkap preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah seseorang terkena kanker paru adalah dengan pola hidup sehat menggunakan masker,” terang dr. Sita dalam acara PDPI yang bertajuk Menyikapi Polusi Udara Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Tak hanya dr. Sita, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR pun menegaskan masyarakat untuk memilih masker yang tepat agar efektif untuk mengurangi paparan polusi udara di Jakarta. Ia menyarankan memilih masker yang mampu menahan 95 persen polutan dari asap kendaraan bermotor.
“Berbicara masker, paling bagus adalah masker yang bisa menyaring partikel sebesar 95 persen. Yang jelas kemampuan filtrasinya harus dimaksimalkan. Terserah mau apapun bentuknya, yang jelas banyak toko yang menjual masker jenis ini. Sayangnya harga yang ditawarkan cukup mahal,” terangnya.
Polusi udara Jakarta yang semakin tinggi bisa membuat kita kena kanker paru-paru.