“Tapi hidup itu separuh takdir dan separuhnya lagi adalah pilihan. Saya punya prinsip bahwa perempuan harus mandiri dan kuat, karena jadi kaum marjinal itu sangat menyedihkan. Saya tidak ingin hidup saya selalu di bawah hegemoni laki-laki, kita tidak pernah tau masa depan,” ungkap YW.
Tak hanya meninggalkan anak-anak, YW juga harus merelakan studi S2-nya. Sebab UGM tidak mengizinkan mahasiswanya cuti lebih dari 2 semester. Namun di sisi lain ia baru boleh izin belajar setelah dua tahun menjadi PNS. “Jadi saya mengundurkan diri,” imbuhnya.
Mungkin salah satu alasan yang membuat YW kuat menjalani pilihan hidupnya sebagai PNS dengan segala konsekuensinya adalah keikutsertaan suaminya ke Jakarta. Ya, setelah sempat menjalani long distance relationship (LDR), sang suami memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya di pemerintah kabupaten Cilacap.
“Tentu saja itu pertimbangannya enggak mudah. Saya berharap anak-anak sesegera mungkin bisa ikut tinggal di Jakarta,” tambahnya.