Belakangan lari tengah menjadi olahraga yang populer. Hal ini dapat dilihat dari tingginya antusias masyarakat bergabung komunitas lari atau mengikuti marathon. Dalam sejumlah acara lari marathon saja jumlah pesertanya cukup banyak, berapa pun jarak yang ditempuh.
Tak sedikit mereka yang masih pemula di dunia lari sudah memiliki keinginan untuk ikut marathon. Beberapa ada yang memiliki motivasi untuk membuktikan diri akan kemampuannya. Namun mengikuti lari marathon tak bisa asal. Butuh persiapan yang sangat kuat, baik dari segi fisik maupun segi mental.
"Semua orang memang bisa berlari, tapi untuk mengikuti event lari marathon sangat diperlukan persiapannya. Enggak sekadar ikut," ujar dr Maria Dwi Sunardi saat ditemui Okezone dalam jumpa pers Jelajah Timur - Run for Equality, Senin, 30 September 2019.
Sekadar informasi, Jelajah Timur - Run For Equality adalah kegiatan amal yang diadakan oleh Yayasan Plan Internasional Indonesia dalam bentuk lari ultra marathon. Para peserta lari ultra marathon ini akan menempuh jarak sejauh 57 km dengan kondisi medan yang sulit dan cuaca ekstrem. Oleh karenanya persiapan yang dilakukan tidak bisa main-main.
"Untuk berlari mengikuti event seperti ini di mana medan sulit dan cuaca ekstrem, kesiapan dan pengalaman sangat penting. Peserta butuh latihan konsentrasi, tenaga, dan fokus. Mereka harus sudah berlatih lari 3-4 bulan sebelumnya dan minimal sudah melewati 80% jarak yang ingin ditempuh 4 minggu terakhir," jelas dr Dwi.
Menurutnya, persiapan yang sangat dibutuhkan oleh peserta lari marathon adalah kekuatan otot dan asupan nutrisi. Capaian jarak dalam latihan setiap hari tidak bisa dijadikan tolak ukur. Sebab bisa jadi kondisi di tempat berlangsungnya acara berbeda dengan medan berlatih sehari-hari.