Kulit kayu tersebut, kemudian diwarnai dengan pewarna alami. Contoh warna merah yang dihasilkan dari ekstrak akar mengkudu (Morinda Citrifiol), kayu secang, atau sappan (Caesalpnia sappan).
"Mungkin munculnya wastra kulit kayu bersamaan dengan kain. Tapi yang lebih dikenal lebih dulu adalah wastra kulit kayu untuk dibuat pakaian. Adanya di Sulawesi Tengah, Kalimantan," ujar Rahmadi Widodo dari Museum Tekstil Jakarta bagian Konservasi Tekstil saat berbincang kepada Okezone.
Selain memperlihatkan koleksi wastra, pengunjung juga dapat mengikuti workshop membatik. Pengunjung akan diberikan selembar kain berukuran kecil yang sudah digambar motif batik. Mereka kemudian mewarnai gambar tersebut menggunakan canting.
"Pameran ini adalah sebagai wadah edukasi untuk masyarakat mengenal wastra. Kami juga mengadirkan workshop membatik sebagai bagian dari pameran untuk kegiatan interaktif dengan pengunjung. Workshop ini tujuannya mengenalkan cara membatik dengan benar dan sederhana," jelas Rahmadi.