Terkejut mengetahui beberapa siswanya menderita TB, Du kembali membayar USD45 atau Rp631 ribu untuk membuat diagnosis palsu lainnya. Ia ingin menunjukkan kepada atasannya bahwa ia tidak lagi menderita penyakit mengerikan itu.
Sayangnya, para orangtua tidak mempercayai Du kali ini. Pasalnya kondisi TB membutuhkan pengobatan antibiotik selama berbulan-bulan untuk disembuhkan. Mereka pun memaksa Du untuk menjalani tes di rumah sakit Hohhot.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Du tidak pernah menderita TBC yang meninggalkan bekas fisik pada paru-paru. Di saat itulah, dia ketahuan menipu dengan membawa rontgen milik orang lain sebelumnya.