TERJADINYA kasus kolera babi dan African Swine Fever (ASF) meresahkan banyak masyarakat di Sumatera Utara. Sebenarnya penyakit tersebut tidak menular ke manusia, hanya saja dampaknya mengarah pada pencemaran lingkungan.
Sejauh ini lebih dari 5.000 ekor babi mati akibat tertular virus kolera. Kasus kolera babi tersebut terjadi di 12 daerah di Sumatera Utara, seperti Karo, Dairi, Humbang, Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Toba, Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Â
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Anung Sugihantono menegaskan, virus kolera babi tidak akan menular dari hewan ke manusia. Hanya saja dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
"Kejadian kolera babi di Sumut itu yang kita pikirkan justru pembuangan bangkai di sungai. Yang mana pengguna air tanah di sekitar Sumut sangat tinggi, justru bisa timbul cemaran lingkungan," kata Anung ditemui di Gedung Kemenkes RI, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (11/11/2019).
Sebabnya, sambung Anung, masyarakat di Sumatera Utara malah membuang bangkai babi di sungai. Hal itu dapat memicu penyebaran e coli yang justru berbahaya untuk manusia.