Jika Anda punya mimpi, maka jangan ragu untuk mengejarnya. Imbangi dengan kerja keras dan jangan pernah berhenti berdoa pada Allah SWT. Itu yang diamini guru Kartini.
Ya, perempuan hebat yang berprofesi sebagai guru ini membuktikan, niat tulus bantu sesama akan dipermudah Allah SWT dalam menggapainya. Kartini sejak kecil sudah ingin sekali memiliki sekolah untuk bantu mencerdaskan generasi bangsa, sekali pun rasanya dulu sangat tak mungkin.
Bercerita pada Okezone, sebelum menjadi guru Kartini dulunya hanya seorang anak dari ayah penjual kertas bekas. Punya mimpi untuk memiliki sekolah tentu rasanya tak mungkin. Tapi, sekali lagi Allah SWT itu Maha Baik dan kalau niat dari mimpi itu untuk kebaikan, tentu akan ada jalan untuk menggapainya.
"Masa kecil saya dihabiskan dengan bersekolah biasa tapi nyambi jualan kacang rebus, jagung rebusm atau pisang goreng. Ya, buat bantu-bantu keluarga," tuturnya pada Okezone, Jumat (15/11/2019).
Mimpi itu semakin bulat ketika dirinya mulai dihadapi pada fakta kalau orangtuanya tak bisa melanjutkan pendidikan Kartini. Alasan ekonomi menjadi pencetusnya. Kartini menerima kenyataan itu dengan ikhlas walau hati terasa sakit.
Tak bisa melanjutkan sekolah, Kartini kemudian mencoba untuk ikut les keahlian dari hasil jualannya. Receh demi receh ia kumpulkan untuk membayar uang les menjahit.
Dari sekolah keahlian, Kartini kemudian belajar untuk mencari uang. Ia tak ingin membawa beban bagi keluarganya yang sudah kesusahan. Perjuangan Kartini ini yang masih ia ingat sampai sekarang dan jadi motivasi dalam menggapai mimpi.
Singkat cerita, Kartini menikah dengan suaminya, Affandi. Di masa pernikahan, Kartini sering ikut pengajian warga di kampung. Pengajian ini yang kemudian membuatnya ditunjuk sebagai salah satu orang yang dituakan dalam mengurus pengajian.
Sampai akhirnya sang suami memberi ruang untuk Kartini mengembangkan majelis taklim. Entah bagaimana, mimpi itu mulai terwujud. Kartini mulai menimba ilmu di majelis taklim tersebut bersama dengan ibu-ibu lainnya.
Tak disangka, pada 1992, sekelompok mahasiswa dari Institut Agama Islam Syarif Hidayatulloh Ciputat, Tangerang, datang ke kampungnya yang berlokasi di Pakulonan, Tangerang Selatan.
Peristiwa ini menjadi gerbang utama akhirnya mimpi Kartini semakin nyata. Ya, para mahasiswa ini berinisiasi untuk membuat majelis taklim yang dikelola Kartini semakin besar dan serius. Tak hanya itu, mahasiswa ini juga yang meminta Kartini agar membangun taman pendidikan quran (TPQ).
"Nggak lama setelah itu, TPQ Nurul Hidayah saya buat dibantu suami dan beberapa sanak saudara," terang guru Kartini.