ANAK memang memberikan rasa sukacita bagi keluarga baru. Namun ketika ia mulai tumbuh dan menunjukkan tanda-tanda melawan, maka hal itu jadi sangat sulit bagi orangtua. Karenanya, diperlukan perlakuan atau pola asuh yang tepat agar anak tumbuh cerdas dan berbakti pada orangtua.
Jadi, bagaimana baiknya cara pola asuh yang tepat? Berikut ulasannya melansir AsiaOne, Senin (18/11/2019)
1. Anak terlihat menjengkelkan?
Pakar perkembangan anak mengatakan bahwa anak kecil secara kognitif tidak mampu bersikap kejam atau jahat. Di sisi lain, orangtua yang bersikap tidak sabar terhadap anak akan cenderung berperilaku kurang baik, oleh karena itu sang anak mungkin juga akan salah memahami maksud Anda sehingga menyebabkan anak berperilaku kurang baik.
Pakar pendidikan anak usia dini, Patricia Koh, mengatakan "Bersama bayi dan anak-anak adalah hal yang menyenangkan. Mereka biasanya tidak akan berperilaku buruk jika orang dewasa mampu memahami dan memenuhi apa yang mereka butuhkan"
2. Ingatlah dia masih kecil
Jangan lupa bahwa anak kecil sama seperti orang dewasa. Mereka juga memiliki perasaan atau bertingkah ketika mereka lelah, lapar, bosan atau mereasa sakit. Bersikaplah realistis tentang kebutuhan anak Anda, dan pahami mengapa ia bertingkah.
"Tidak masuk akal untuk mengharapkan seorang anak berusia dua tahun untuk duduk diam selama 10 jam pada acara pernikahan, layanan gereja atau konser tanpa menuntut perhatian dari orangtua," kata Patricia.
3. Jauhkan dari ucapan nakal
Jangan memberi tahu bahwa dirinya "nakal". Ucapan seperti itu tidak mendorong perilaku yang baik. Ketika ucapan tersebut digunakan terlalu sering, anak mungkin berpikir bahwa Anda memberi label karakternya dengan kelakuan buruknya.
4. Banyak aturan
Memenuhi kebutuhan si kecil tidak berarti memanjakan dirinya. Jika Anda menyerah setiap kali dia berteriak, menendang atau memukul, dia akan belajar bahwa ini adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dan akan terus melakukannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Menurut penelitian, tahun-tahun awal seorang anak sangat penting dalam hal membangun perilaku. Seiring bertambahnya usia anak Anda dan mampu berpikir lebih mandiri, ia dapat dibiarkan mengeksplorasi dan membuat lebih banyak keputusan untuk dirinya sendiri, terutama jika Anda telah menetapkan batasan.

5. Menerapkan hukum sebab dan akibat
Taktik disiplin yang dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) adalah membiarkan konsekuensi akan kelakuan buruk yang anak lakukan. Cara seperti ini tidak membujuk anak Anda keluar dari situasi yang sulit dan anak akan lebih memahami nilai atau makna yang diberikan.
6. Alihkan kecemasan
Jika anak Anda merengek bahkan menangis tanpa henti, jangan dibiarkan begitu saja. Coba alihkan kecemasan yang dialaminya dengan hal lain agar berhenti menangis. Gunakan pendekatan pengalih perhatian agar kebiasaan tantrum itu tak berlanjut.
7. Hindari hukuman fisik
Hukuman fisik dapat meninggalkan beban psikologis abadi pada anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dipukul lebih mungkin tumbuh dan rentan depresi, minum alkohol, pemarah, berbuat jahat atau kekerasan.

8. Disiplin adalah tentang cinta
Jika Anda merasa stres dan mulai kehilangan kesabaran, luangkanlah waktu untuk mengontrol pikiran dan emosi sebelum mengatasi kesalahan pada anak Anda. Tawarkan pelukan pada akhirnya untuk meyakinkan anak Anda bahwa Anda mencintainya. Bagaimanapun, disiplin yang sehat berasal dari cinta Anda untuk si kecil.
9. Semua orang di sekitarnya harus satu suara
Seringkali dalam suatu keadaan, Ibu berkata "tidak", Ayah berkata "mungkin" dan Nenek berkata "ya". Jadi siapa bosnya? Anak anda akan mencari tahu siapa tautan terlemahnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Pola asuh yang berhasil adalah tentang konsistensi. Semua orang yang ada di sekitar anak Anda harus satu suara dengan orangtua agar anak mengerti mana yang baik dan mana yang buruk.