ANAK berkebutuhan khusus (ABK) memiliki hak yang sama dengan anak pada umumnya untuk mendapatkan pendidikan. Malah tidak menutup kemungkinan ABK bisa menempuh pendidikan di sekolah umum.
Namun memang, sebelum memutuskan menyekolahkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum atau sekolah formal, orangtua perlu membawa anak ke tenaga profesional oleh psikolog.
Nantinya psikolog akan menjalani serangkaian tes seperti tes IQ dan adaptive untuk melihat karakter serta kemampuan anak. Apabila hasil tes menunjukkan karakter dan kemampuan ABK tidak terlalu jauh dari anak pada umumnya, maka ia bisa menempuh pendidikan di sekolah umum. Malah hal itu bisa memberikan dampak positif bagi anak.
 
"Kalau profil anak berkebutuhan khusus tidak terlalu jauh dari umum, bersekolah di sekolah umum itu dampaknya akan bagus. Anak akan punya lingkungan di mana bisa terus menerus belajar dan terdorong untuk lebih maju," ujar psikolog anak dan pendidikan, Dianda Azani, M.Psi saat ditemui Okezone dalam suatu acara, Senin (25/11/2019), di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Namun Dianda mengingatkan, orangtua perlu benar-benar memastikan sekolah umum tempat anaknya menempuh pendidikan kelak memiliki lingkungan yang positif. Contohnya pihak sekolah memahami cara memperlakukan ABK dan penggunaan kata-kata harus disesuaikan. Jika ternyata pihak sekolah tidak bisa memberikan perlakuan yang tepat, maka kondisi ABK bisa bertambah buruk.
 
"Perlakuan yang salah bisa membuat anak tersinggung dan malah enggak bagus buat dia. Berbicara soal anak berkebutuhan khusus, erat kaitannya dengan emosional. Mereka belum begitu terlatih untuk kegiatan sosial, akhirnya malah bisa menerima bullying," ucap Dianda.
Dirinya menjelaskan, ABK memang lebih menantang dan sebagian besar memiliki self esteem (kemampuan menghargai diri) yang kurang, kecuali bila dari awal lingkungan keluarganya menciptakan hal positif. Kendati demikian, anak tersebut tetap memiliki kebutuhan untuk berteman dengan orang lain. Tapi ketika masuk ke lingkungan baru yang mengucilkannya, kondisi ABK bisa bertambah menurun seperti mengalam depresi, kecemasan berlebih, frustasi, dan tantrum
Oleh karenanya, saat ada siswa ABK, sekolah perlu menjadi lebih aktif. Bahkan perlu edukasi ke semua lingkungan sekolah. Ditambahkan oleh Dianda, hingga saat ini lebih banyak sekolah swasta yang menaruh perhatian lebih terhadap siswa ABK.
 
Satu hal yang tak boleh terlupakan, ABK perlu mendapatkan terapi dari tenaga profesional. Nantinya terapis akan menyusun program long life yang dapat menjadi perantara anak dengan proses belajar mengajar. Dengan begitu anak bisa mengoptimalkan perkembangannya dari pelajaran yang diterima.
"Terapi itu berlangsung hingga anak selesai sekolah. Banyak orangtua yang merasa anaknya sudah cukup mendapatkan terapi dan akhirnya ketika anak sekolah tidak lagi berkonsultasi. Hal itu bisa berdampak buruk pada anak yang bersifat akumulatif," pungkas Dianda.