Dokter Yeni juga menjelaskan, vaginismus bisa menyerang semua wanita tanpa mengenal usia. Mulai dari remaja yang sudah aktif secara seksual hingga perempuan yang sudah lanjut usia, namun pada beberapa kasus vaginismus justru menyerang wanita pada masa menopause.
"Pada masa menopause kadar esterogen turun yang membuat pelumasan dan elastisitas vagina pun ikut menurun. Kondisi ini membuat hubungan intim terasa menyakitkan atau kadang sulit untuk direalisasikan yang berujung pada vaginismus," lanjutnya.
Dalam dunia medis, vaginismus dibagi menjadi dua jenis yakni vaginisme primer dan sekunder. Seseorang dikatakan mengalami vaginisme primer, apabila tidak bisa berhubungan seksual akibat rasa sakit dan kesulitan ketika penertrasi.
Sementara pada jenis sekunder ketika wanita pernah menikmati seks tanpa masalah namun tiba-tiba mengalami vaginismus.