FAKTOR geografi dan kurangnya tenaga medis, sebabkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Hingga sekarang, banyak daerah terpencil yang masih mengalami kasus tersebut, contohnya Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas, Jumlah AKI di Indonesia sebesar 305 jiwa per 100 ribu ibu. Sementara AKB sebanyak 24 jiwa per 1.000 bayi. Adapun angka stunting di Indonesia sebesar 30,8 persen.
Co Founder & Chief Executive Officer Sehati Group, dr Ari Waluyo, SpOG, mengatakan, tiga penyebab utama AKI adalah keterlambatan diagnosa, terlambat mendapat rujukan dan mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga dokter spesialis pada beberapa daerah di Indonesia.
“Di Kupang butuh waktu 24 jam untuk mendapatkan perawatan. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya dirujuk ke rumah sakit ketika mereka masih dalam kondisi sehat. Hal ini berfungsi untuk menurunkan faktor risiko (kematian) sebelum dikembalikan ke bidan,” terang Dokter Ari, dalam acara Solusi Sehati TeleCTG di Jakarta, Senin (16/12/2019).
Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Mariana A Sailana pun membenarkan hal tersebut. Menurutnya, masih banyak sekali warga Kupang yang sulit untuk mendapatkan akses perawatan medis yang layak selama kehamilan. Faktor geografi dan minimnya dokter spesialis juga menjadi tantangan terbesarnya.

Mariana menambahkan, masalah geografis di Kupang membuat keadaan menjadi sulit sekali. Ada daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, bisa-bisa untuk mencapai tempat tersebut, harus menyeberang sungai 170 kali.
"Jadi akses untuk berobat susah sekali. Kami dulu punya dua dokter spesialis tapi sekarang satu orang sudah pulang,” tutur Mariana.
Senada, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Samsul Widodo, menjelaskan saat ini tercatat ada 74.954 desa di seluruh Indonesia. Namun sebagian besar desa tersebut berada dalam wilayah geografis yang sulit yang menyebabkan AKI dan AKB yang cukup besar.

Khususnya desa-desa di daerah tertinggal wilayah geografisnya sulit sekali. Alhasil, upaya penetrasi infrastruktur dan akses layanan kesehatan menjadi cukup menantang.
"Kami bekerjasama dengan berbagai pemain industri untuk mengatasi hambatan geografis dan bisa menjangkau para ibu hamil di daerah tertinggal,” pungkasnya Samsul.