Batik merupakan kain khas nusantara. Batik disukai oleh banyak orang baik tua maupun muda.
Salah seorang perajin batik, Sukamti, 40 tahun, menunjuk tanaman yang ia sebut dengan nama pohon jolawe di belakang rumahnya. Tingginya masih belum ada satu meter. Aslinya, pohon ini akan tumbuh menjulang tinggi. Bahkan, kata orang-orang di desanya, pohon ini tergolong 'angker'.
(Batik Gedangsari, Foto: KR Jogja)
Namun, bagi Sukamti, tanaman ini justru bermanfaat karena bisa menjadi bahan untuk batik warna alam yang ia buat. Sukamti tidak hanya menunjukan pohon yang disebut angker itu saja, tangannya lincah menunjuk pohon nangka yang menjulang tinggi.
"Sengaja saya biarkan rimbun dan tinggi, saya butuh kulitnya untuk dapat warna kuning," kata Sukamti di rumahnya, Dusun Trembono, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul beberapa waktu lalu.
Bukan hanya pohon nangka yang ia tunjuk, ada pohon mahoni yang terkelupas kulitnya di sana-sini karena ia ambil untuk bahan warna alam. Juga tanaman indigofera.
"Sebenarnya banyak tanaman-tanaman disini yang jadi bahan, ada pace, ubi jalar, jati, daun mangga dan lainnya," kata Sukamti yang hobi memadu padankan berbagai jenis tanaman untuk menghasilkan warna tertentu.
Awalnya Gedangsari Hanya Dikenal Sebagai Sentra Perajin Batik
Batik khas Gedangsari di masa lalu memang tidak begitu dikenal. Sebab di Gedangsari dikenalnya sebagai sentra perajin batik saja.
Meraka tidak menjual batik buatan mereka sendiri, sebagian besar menjadi buruh batik di Bayat, Kabupaten Klaten. Namun mulai muncul pembatik-pembatik yang mendirikan usaha terutama pascagempa, saat Pemda DIY gencar melakukan pelatihan-pelatihan membatik.
Bersama suaminya, Sihono (46) dan putrinya, Nada Liliyani (22), Sukamti juga tergolong belum lama menekuni usaha batik di Gedangsari. Baru tahun 2011 ia serius menekuni batik, khususnya warna alam dengan mendirikan usaha Nada Collection.
"Kalau membatiknya saya sudah bisa sejak kelas 2 SD, tapi, disini kan rata-rata hanya jadi buruh batik di Bayat Klaten. Sejak nenek moyang, Gedangsari memang terkenal dengan pembatik, tapi sebagai buruh, bukan yang punya usaha," jelas Sukamti