JIKA masyarakat Indonesia memiliki kesenian daerah seperti wayang golek dan wayang kulit, maka masyarakat Tionghoa juga mempunyai tradisi wayang potehi.
Saat ini tradisi kesenian Tionghoa tersebut mulai terkikis oleh zaman. Bahkan kaum Millenial akan merasa kesulitan apabila ingin menyaksikan wayang potehi.
Salah satu dalang wayang potehi, Sugiyo Waluyo Subur atau yang lebih dikenal sebagai Dalang Subur adalah orang yang terus melestarikan tradisi yang hampir punah tersebut. Menurutnya, pementasan wayang potehi biasanya dengan judul cerita yang berkaitan dengan binatang.
Dalam acara Festival Imlek yang berlangsung sejak beberapa hari lalu, Dalang Subur memainkan wayang potehi dengan cerita āSam Hai Lam Tongā yang telah ditulis sejak lama. Satu kali pertunjukkan berlangsung selama satu jam dan ceritanya harus tamat sampai hari terakhir.
Ilustrasi. Foto: Istimewa/Intagram MetduckĀ
Kepada Okezone, Dalang Waluyo mengatakan bahwa dirinya telah belajar menjadi seorang dalang sejak 1974 tepatnya ketika ia masih menginjak Sekolah Dasar (SD).
āLangsung terjun ke potehi karena wilayah Pecinan dan klenteng yang punya aktivitas potehi gitu. Antusias untuk ini (wayang potehi) sedikit, regenerasi pun susah padahal tidak dipungut biaya. Satu sesi durasi selama satu jam, paling menggunakan empat sampai lima karena banyak dialog,ā terang Dalang Waluyo.