Remaja berusia 15 tahun menyerahkan diri ke Polsek Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (5/3/2020). Ia mengaku telah membunuh tetangganya sendiri yang masih berusia 5 tahun.
Berdasar penutupan pelaku, NF, ia tega menghabisi nyawa bocah tersebut terinspirasi dari film horor/thriller. Mayat bocah itu pun disimpan pelaku di dalam lemari.
Kini, pelaku tengah menjalani pemeriksaan psikologis untuk diketahui bagaimana status kesehatan jiwanya. Orangtua pelaku pun diperiksa polisi.
Pertanyaan pun muncul, apakah benar sering nonton film yang memperlihatkan adegan pembuhunan bisa memicu seseorang untuk membunuh?
Psikolog Klinis Meity Arianty menjelaskan, semua perilaku manusia didasari oleh interaksi dua faktor; faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam dimaknai sebagai gen, kondisi otak, kromosom, dan lainnya. Sementara itu, faktor luar dimaknai sebagai lingkungan, salah satunya pola asuh orangtua.
"Pada beberapa anak dari orangtua yang bercerai dan tidak memiliki hubungan baik setelah perceraian, mereka cukup rentan. Namun, pada kondisi tertentu, ada juga anak yang baik-baik saja kondisinya meski orangtuanya bercerai," terang Mei pada Okezone melalui pesan singkat, Senin (9/3/2020).
Selain pola asuh, pengalaman mendapati kekerasan atau bully juga jadi faktor luar lainnya. Nah, menonton film atau membaca komik yang memperlihatkan adegan kekerasan, atau memainkan game online yang mengajarkan kekerasan juga termasuk dalam faktor luar.
"Faktor ini sangat memengaruhi seorang anak akan berperilaku seperti apa yang dia lihat," tegas Mei.