Aksi mulia yang dilakukan oleh desainer kebaya senior Indonesia, Anne Avantie tidak hanya patut diacungi jempol, namun juga patut dicontoh oleh pelaku industri fesyen lainnya.
Desainer asli Semarang satu ini, melalui akun laman Instagram resmi pribadinya, @anneavantieheart, mengabarkan bahwa perusahaan garment Anne Avantie telah memberhentikan semua produksi pakaian komersil rancangannya.
Sebab, dia mengalihkan semua unit produksinya untuk memproduksi baju hazmat, salah satu bagian dari APD (alat pelindung diri) untuk para tenaga medis.
Beberapa hari berlalu sejak kabar ini pertama kali beredar, sebagaimana hasil pantauan Okezone, di linimasa media sosial nyatanya hingga detik ini, Bunda Anne dan para karyawannya masih memberhentikan produksi pakaian komersilnya, begitu juga dengan produksi semua UMKM yang bernaung di bawah yayasan miliknya.
Anne dan para karyawannya masih begitu semangat menjahit baju hazmat, sebagai salah satu bagian dari APD wajib para tenaga medis. Dibantu oleh para donatur, bukan tanpa rintangan desainer kebaya langganan para selebriti top Tanah Air ini membuat begitu banyak baju APD.
Diungkapkan oleh Bunda Anne, rintangan pertama yang harus dihadapi ialah kendala soal teknis. Anne mengungkapkan dia berusaha keras untuk menggenjot produksi baju APD yang sangat dibutuhkan oleh semua tenaga kesehatan di Indonesia dalam upaya penanganan virus corona COVID-19, meski dalam keadaan jumlah mesin jahit dan mesin obras yang terbatas.
Menjadikan Anne dan para karyawannya harus bekerja lembur, bahkan tetap menjahit baju APD tersebut saat akhir pekan. Kebutuhan produksi baju hazmat APD yang sangat tinggi, permintaan dari begitu banyak rumah sakit di Indonesia ini dicoba untuk dipenuhi Anne dengan mesin jahit yang terbatas dan tenaga manual, dijahit dengan tangan.
Tak hanya itu, agar memastikan sumbangan baju APD ini bisa didapatkan oleh para tenaga kesehatan di rumah sakit yang benar-benar membutuhkan. Dalam salah satu video teranyar yang ia unggah, Anne menuliskan bahwa ia sengaja turun tangan langsung dalam urusan pengiriman pendelegasian baju-baju APD tersebut ketimbang menunjuk karyawannya.
“Saya mengatur sendiri pendelegasian APD untuk para pahlawan kemanusiaan melalui rumah sakit-rumah sakit yang sudah mengirimkan email. Hari Minggu ini kami tetap lembur, berharap bisa memenuhi permintaan para rumah sakit, karena kami mengerjakannya manual bukan pabrik maka kemampuan kami sangat terbatas,” curhat Anne.
Lika-liku desainer bernama asli Sianne Avantie dalam memproduksi baju APD untuk para tenaga kesehatan belum berhenti sampai sini. Anne masih harus mendapat ujian cukup berat, pasalnya ia menjadi korban penipuan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Anne menuturkan, seseorang dengan nama I GUSTI AYU DEWI mengaku-aku sebagai pihak dari Anne Avantie yang mengurus uang sumbangan dari para donatur. Alhasil banyak donatur yang malah tertipu dengan nama Anne Avantie, dan mengirimkan sejumlah uang ke rekening penipu tersebut.
Tak terima namanya dicatut oleh oknum tak bertanggung jawab, perempuan kelahiran 1954 ini langsung melaporkan orang tersebut ke pihak kepolisian agar ditindak sesuai hukum.
“Penipuan, sangat sedih sekali kok tega sekali. Ada sebuah akun yg mengaku Anne Avantie Heart atas nama I GUSTI AYU DEWI dengan nomor BCA 8270929100 dan nomor Whatsapp 085609967100, orang tersebut melakukan penggalangan dana mengaku sebagai saya, Anne Avantie. Sudah saya laporkan kepada yang berwajib,” terang Anne sedih.
Terakhir, agar tak semakin banyak donatur yang tertipu, Anne mengingatkan kepada masyarakat siapapun yang hendak menyumbang. Sejatinya ia secara pribadi tak pernagh meminta-minta uang sumbangan, dan nomor rekening untuk donasi baju APD ini adalah rekening atas nama yayasan bukan individu perorangan.
“Saya mohon kepada seluruh yang ingin menjadi bagi sesama. Saya Anne Avantie TIDAK PERNAH meminta-minta kepada perorangan tetapi ada di setiap postingan tertera nomer rekening di bio atau data di profile saya. Dengan sangat menyesal, niat baik ini dinodai oleh orang-orang yang tidak berperikemanusiaan,” pungkas Anne.