PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) gizi buruk di Indonesia ditangani dengan serius. Oleh karena itu dia pun menargetkan prevelensi stunting di Indonesia mencapai angka 14 persen di 2024.
Pasalnya, angka stunting di Tanah pada 2019 masih sebesar 27,7%. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sendiri menargetkan di angka 19 persen, lebih rendah dari standar WHO sebesar 20%.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain faktor gizi buruk, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, praktik pengasuhan yang tidak baik, serta minimnya akses air bersih dan sanitasi.
Namun, data WHO menyebut di masa pandemi COVID-19 terdapat tambahan 700.000 anak mengalami stunting karena pertumbuhan ekonomi turun 1%.
Baca Juga: Pentingnya Edukasi Gizi Anak untuk Cegah Stunting
Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Dra. Chairunnisa, M.Kes, mengatakan banyak masyarakat yang masih rendah edukasi soal gizi. Contohnya kebiasaan memberikan anak susu kental manis.
Dari hasil survei yang dilakukan YAICI tahun 2019 di Aceh, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara dengan 2.700 responden ibu balita, terungkap bahwa 1 dari 3 ibu beranggapan kental manis adalah susu.
"Sebanyak 37% responden percaya susu kental manis/krimer kental manis (SKM/KKM) adalah produk minuman yang menyehatkan anak," bebernya seperti dilansir dari SINDOnews.