Selain virus corona Covid-19, masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap beberapa penyakit tidak menular, salah satunya adalah Sindrom Sjogren. Meski namanya sedikit asing, namun banyak masyarakat Indonesia yang terjangkit penyakit ini.
Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM/RSUI Dewan Pembina Yayasan Sjogren’s Syndrome Indonesia, Dr. dr. Alvina Widhani, SpPD, K-AI mengatakan Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun yang sifatnya kronik dan sistemik.
“Sindrom Sjogren’s sifatnya kronik atau jangka panjang seperti lupus. Mereka juga sistemik yang artinya bisa mengenai berbagai organ,” terang dr. Alvina, dalam Webinar Kalbe ‘Kenali Sjogren Syndrome’, Kamis (6/8/2020).
Baca Juga : Tanggapan IDI Terkait Inpres Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan
Lebih lanjut dr. Alvina menjelaskan bahwa penyakit kerap menyerang kelenjar manusia seperti kelenjar air liur dan air mata. Alhasil banyak pasien Sindrom Sjogren memiliki keluhan seperti mata dan mulut kering.
“Selain menyerang kelenjar manusia, Sindrom Sjogren bisa juga mengenai sistem saraf, paru-paru maupun ginjal. Istilah Sindrom Sjogren ditemukan oleh Dokter Spesialis Mata, Henrik Sjogren’s karena pada dasarnya menyerang mata,” lanjutnya.
Sebanyak 90 persen Sindrom Sjogren dialami perempuan. Berbeda dengan lupus, yang lebih mudah ditemukan pada usia muda. Sindrom Sjogren justru ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Risikonya akan terus meningkat seiring bertambahnya usia.
(hel)