KESETARAAN gender yang digaungkan RA Kartini salah satunya diimplementasikan pada akses pendidikan merata bagi kaum perempuan. Tidak boleh lagi ada perempuan yang tidak mengenyam pendidikan sekarang.
Poin tersebut menjadi sangat penting dalam menunjang terciptanya keluarga hebat. Ya, ketika perempuan memiliki akses pendidikan, dia tidak akan dianggap bodoh dan dianggap orang yang tak memiliki fungsi di masyarakat.
Peran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diperlukan di sini. Ya, BKKBN ternyata memastikan setiap anak perempuan mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas.
Dijelaskan Ketua Tim Pakar Mendes PDTT Prof. Dr. Haryono Suyono, keberadaan siswi perempuan di sekolah adalah salah satu indikator keberhasilan BKKBN di masyarakat.
"Jika ada sekolah yang di dalam kelasnya jumlah siswi perempuannya sedikit, BKKBN dinilai gagal menjalankan tugasnya di masyarakat," terangnya dalam Webinar 'Keluargaku, Indonesiaku', Selasa (18/8/2020).
Baca Juga:Â 5 Koleksi Foto Cantik Hana Hanifah, Uh Body-nya bak Gitar Spanyol
Hal ini berkaitan dengan tercapainya indikator Human Development Index (HDI) sumber daya manusia (SDM) yang salah satunya adalah pendidikan. Dalam indikator tersebut, diterangkan Prof Haryo, terdapat poin kesetaraan gender dan ini berkaitan dengan ratanya akses pendidikan bagi siswa laki-laki maupun siswi perempuan.
Indikator jumlah siswi perempuan di sekolah ini juga menjadi penting bagi pemerintah daerah memastikan terlaksananya pendidikan bagi semua anak. Nah, pada kasus kurangnya siswa perempuan di sekolah, itu berarti ada anak perempuan yang tidak menuntut ilmu dan ini menjadi tugas BKKBN untuk memastikan si anak perempuan itu mendapatkan pendidikan yang layak.
Tidak hanya itu, Prof Haryono pun menekankan pentingnya anak perempuan cerdas dan menabung. Dengan tugas ini, BKKBN mesti mendorong anak perempuan khususnya untuk belajar menabung sejak dini. Ini penting agar si anak menjadi sosok yang cerdas di kehidupannya.