Ketika seseorang sudah didiagnosis mengalami hipertensi, maka sudah dipastikan seumur hidup diminta untuk mengelola tekanan darah. Abai sedikit, risiko penyakit serius lainnya mengintai, misalnya saja penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, atau penyakit aorta.
Ya, penyakit aorta memang tidak terlalu populer tetapi efek yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah kematian jika ditangani terlambat. Pasien hipertensi menjadi kelompok orang yang paling berisiko mengalami penyakit aorta.
Dijelaskan Dijelaskan Dokter Sub-Spesialis Intervensi Kardiolog dan Vaskular Heartlogy Cardiovascular Center RS Brawijaya Saharjo dr Suko Adiarto, Sp.JP (K), ketika pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol dengan baik, maka risiko penyakit aorta menjadi sangat tinggi.
"Ini terjadi karena semakin tinggi tekanan darah pasien, maka risiko robeknya aorta semakin tinggi. Kalau sudah sobek, pasien bisa meninggal dunia," terang dr Suko dalam Webinar bertema 'Operasi Bentall pada Diseksi Aorta, Salah Satu Operasi Tersulit di Dunia', kemarin, 12 November 2020.
Baca Juga : Pesona Chef Renatta Moeloek Bergaya Urban Style di MasterChef Indonesia
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), aneurisme aorta menyebabkan 9.923 kematian pada 2018 dan sekitar 58 persen kematian karena aneurisma aorta atau diseksi aorta terjadi pada pria.
Lebih lanjut, laporan National Center for Biotechnology Information (NCBI) mencatat bahwa insiden terjadinya diseksi aorta adalah 5-30 kasus per satu juta orang dengan rentang usia 40-70 tahun. Penyakit aorta sendiri terjadi pada pembuluh darah arteri terbesar yang memanjang dari jantung hingga perut bawah.