Tak ada satu orang pun yang tidak terdampak pandemi Covid-19, baik itu dampak positif ataupun negatif. Menjadi kekhawatiran terbesar adalah nasib kelompok dengan kondisi neurologis atau neuromuskuler yang dikabarkan rentan terinfeksi.
Ya, kelompok disabilitas mesti menghadapi hari-hari yang jauh lebih pelik dari sebelumnya. Keterbatasan ruang dan banyaknya tambahan aturan mengenai protokol kesehatan menjadi hal yang harus dilalui meski banyak rintangan.
Salah satu efek yang dirasa cukup besar dampaknya bagi kelompok disabilitas adalah pembatasan layanan kesehatan. Ya, banyak protokol yang dinilai kurang lebih secara langsung mendeprioritaskan orang dengan disabilitas kronis.
Menurut laporan Developmental Medicine and Child Neurology, meski hal tersebut tidak memengaruhi sedramatis orang lanjut usia yang ribuan di antaranya meninggal tanpa perawatan yang tepat.
Pembatasan layanan kesehatan yang diberlakukan selama pandemi memberi dampak langsung ke pengobatan yang mesti dijalani anak-anak disabilitas. Meski begitu, 'penemuan' telemedis menjadi semacam alternatif jawaban yang bisa dipilih dan itu dianggap sebagai 'masa depan medis'.
Masalah lain yang muncul adalah kurangnya tindakan dan strategi yang terpadu dan diperparah oleh heterogenitas dan kompleksitas sistem perawatan kesehatan. Sebaliknya, dalam skala yang lebih kecil pelajaran positif berkaitan dengan cara kita berbagi pengetahuan dan penelitian perlu diapresiasi juga.
Krisis Covid-19 menyoroti betapa pentingnya kesehatan masyarakat bergantung pada kesiapsiagaan sistem perawatan kesehatan masyarakat dan kapasitas responsnya. Ini menjadi penting untuk masa depan yang lebih baik.
(hel)