Pandemi Covid-19 memaksa orang memutar otak untuk mencari pendapatan lebih sebab ekonomi semakin sulit. Salah satunya menjadi manusia silver. Padahal menjadi manusia silver itu berbahaya bagi kesehatan, salah satunya mata jadi merah dan kulit mengalami ruam.
Salah seorang manusia silver yang terpaksa melakoni pekerjaan ini demi anak istri, adalah Alfan. Ia mengaku terpaksa turun ke jalan untuk mendapatkan uang. Apalagi Kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi, meski pandemi terus menggerogoti.
Alfan bercerita, sebelumnya ia adalah supir angkot full time. Tapi, karena pemasukan terus berkurang sejalan dengan tak banyaknya orang keluar rumah, ia pun memutar otak untuk mencari uang tambahan dan menjadi manusia silver adalah pilihannya.
Sementara itu, agar tubuh bisa seutuhnya silver, ada pengorbanan yang harus dirasakan. Menurut Alfan, dia harus membalur kulitnya dengan cat silver yang dicampur minyak goreng dan sedikit glitter untuk memberi kesan mengkilap.
"Sangat gatal bahkan melukai kulit saya. Mata sering menjadi merah dan hal itu kerap disangka orang-orang kami mabuk, padahal, mata kami perih karena cat yang begitu kuat langsung ke kulit dan mengiritasi," papar Alfan.
Sebelum pandemi, Alfan mengatakan bisa mengantongi uang per hari Rp100-150 ribu dari angkot. Tapi, karena pandemi, dia pulang ke rumah paling dengan uang Rp30 ribu per hari. Kondisi yang sangat tidak cukup untuk hidup.
"Uang segitu enggak cukup buat beli susu anak-anak saya. Jadi, supaya kami bisa hidup, ya, akhirnya saya putuskan untuk narik angkot pagi hari, malamnya jadi manusia silver," cerita Alfan seperti dilansir dari The Guardian.
"Sampai saat ini, saya belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Saya harus melakukan ini untuk bertahan hidup. Kami tidak melakukan kejahatan, kami tidak memaksa orang untuk memberi uangnya. Kalau ada yang ngasih, ya, Alhamdulillah, kalau enggak, ya, enggak apa-apa," curhatnya.
Cerita lain datang dari Desi, wanita berusia 25 tahun. Ia sebelumnya bekerja di sebuah toko, tapi karena pandemi tempatnya bekerja tutup dan akhirnya dia menganggur.
"Saya dulunya kerja di toko, tapi karena pandemi, pemilik toko memutuskan untuk mengeluarkan pekerjanya, termasuk saya. Alasannya, karena pemilik toko sudah tak sanggup bayar karyawannya," cerita Desi.
Tidak bisa terus-terusan diam, akhirnya Desi mengambil keputusan untuk jadi manusia silver. Dia mulai 'bekerja' jadi manusia silver pukul 6 sore. "Kalau datang siang, kena razia," ungkapnya singkat.
Desi sadar bahwa ada bahaya zat kimia akibat cat silver yang menempel di tubuhnya. Tapi, tuntutan hidup membuatnya harus rela menerima risiko tersebut.
"Saya mengalami ruam di kulit. Saya harus mandi dua kali setelah jadi manusia silver. Pertama dengan sabun cuci piring, karena itu satu-satunya cara untuk menghilangkan cat di kulit. Baru setelah itu mandi dengan sabun mandi," paparnya.
"Apa yang kami lakukan mungkin berbahaya untuk kesehatan, tapi kami butuh uang. Saya ada dua anak di rumah, yang pertama umurnya 3 tahun, yang satu lagi 3 bulan. Saya melakukan ini demi mereka," tambah Desi.