Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa klaim mengenai vaksin Nusantara terkait antibodi seumur hidup adalah klaim yang berlebihan.
"Menurut saya, klaim vaksin Nusantara yang dikatakan antibodinya dapat bertahan seumur hidup terlalu berlebihan dan terlalu dini, apalagi ini tentang Covid-19," ucapnya pada Okezone, Jumat (19/2/2021).
Dicky menerangkan bahwa semakin ke sini semakin terbuka mengenai strain baru yang terus bermunculan dari SARS-CoV2 penyebab Covid-19. Strain baru tersebut juga punya kekuatan bermutasi yang cukup cepat, meski di bawah strain virus influenza.
"Tapi ini menyiratkan bahwa akan cukup sulit memiliki vaksin yang bisa untuk semua strain yang terus berevolusi seperti Covid-19," terangnya. "Terlebih, yang saat ini ada pun masih diperkirakan tidak bisa bertahan lebih dari 2 tahun untuk fungsi antibodinya."
Baca Juga : BPOM Masih Evaluasi Hasil Uji Klinis Pertama Vaksin Nusantara
Baca Juga : Benarkah Vaksin Nusantara Bikin Kebal Covid-19 Seumur Hidup?
Vaksin Nusantara menggunakan teknologi sel dendritik yang bisa dipersonalisasi untuk satu orang. Singkatnya, vaksin Nusantara diklaim aman bagi orang dengan komorbid.
Karakter tersebut dinilai Dicky sedikit meragukan. Ya, sel dendritik untuk penyakit menular, baginya adalah hal yang baru dan sepertinya belum ada.
"Saya belum melihat ada vaksin dari sel dendritik untuk penyakit menular, karena itu klaimnya belum bisa diharapkan," komennya.
Dicky menambahkan, vaksin sel dendritik sudah ada sebetulnya, tapi untuk penyakit kanker. "Kalau untuk penyakit infeksi, apalagi ini penyakit baru, perlu riset yang memadai dan di luar negeri klaim seperti ini cukup berbahaya," ungkap Dicky.
(hel)