KEMOTERAPI adalah bentuk agresif dari terapi obat kimia yang dimaksudkan untuk menghancurkan sel-sel yang tumbuh dengan cepat di dalam tubuh. Biasanya digunakan untuk mengobati kanker, karena sel kanker tumbuh dan membelah lebih cepat daripada sel lain.
Kemoterapi terutama digunakan untuk menurunkan jumlah sel kanker dalam tubuh, mengurangi kemungkinan persebaran kanker, mengecilkan ukuran tumor, dan mengurangi gejala yang dialami.
Baca juga: Jalani Kemoterapi, Pasien Kanker Disarankan Konsumsi Makanan Tinggi Kalori & Protein
Kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke pembuluh darah melalui suntikan atau infus. Selain kedua bentuk tersebut, kemoterapi juga dapat diberikan dengan beberapa cara lain.
Dikutip dari laman Healthline, Selasa (6/4/2021), kemoterapi terbukti efektif menyerang sel kanker, tetapi dapat menyebabkan efek samping serius yang dapat berdampak parah pada kualitas hidup.
Sebagian besar efek samping kemoterapi mereda saat pengobatan selesai. Tetapi ada juga risiko efek jangka panjang yang dapat berkembang bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan.
Baca juga: Imunoterapi, Cara Baru Sembuhkan Kanker Paru Tanpa Kemoterapi
Sel di area darah, rambut, kulit, lapisan saluran usus, dan lain-lain dapat terpengaruh kemoterapi. Karena itu, efek samping kemoterapi meliputi mudah memar, pendarahan berlebihan, diare, mulut kering, sariawan.
Kemudian ada juga efek samping kelelahan, demam, rambut rontok, kehilangan selera makan, mual, muntah, penurunan berat badan, nyeri akibat kerusakan saraf, infeksi, anemia, sembelit, sakit saraf, limfedema, masalah memori, masalah konsentrasi, perubahan kulit, perubahan kuku, insomnia, perubahan seksual, serta perubahan kesuburan.
(han)