Thalasemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka serta warna kulit menjadi hitam.
Pasien thalasemia kebanyakan adalah anak-anak. Penyakit ini sudah bisa dikenali sejak usia bayi 6 bulan dengan memperlihatkan gejala tubuh pucat salah satunya.
Thalasemia terjadi akibat gangguan pembentukan rantai globin yang merupakan komponen sel darah merah. Gangguan pembentukan rantai globin alfa disebut sebagai thalasemia alfa, sementara gangguan pembentukan rantai beta disebut thalasemia beta.
Lebih lanjut, saat membahas penyakit ini masih ada kepercayaan di masyarakat bahwa pasien thalasemia dilarang makan daging merah. Apakah itu benar?
Ruswandi, Ketua Perhimpunan Orangtua Penyandang Thalasemia Indonesia (POPTI Pusat) dan Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI), menjelaskan bahwa anggapan itu keliru.
"Bukan dilarang atau tidak diperkenankan sama sekali pasien thalasemia makan daging merah seperti daging sapi, tapi yang tepat adalah boleh makan tapi ada batasnya," katanya dalam webinar kesehatan bertajuk 'Hidup Berdamai dengan Thalasemia', Senin (31/5/2021).
Baca Juga : Putus Mata Rantai Thalasemia, Siapa Saja yang Perlu Lakukan Skrining?
Selain daging sapi, Ruswandi pun mengingatkan kepada pasien atau keluarga pasien Thalasemia bahwa bayam yang kaya akan zat besi pun sebaiknya dikurangi porsinya.
Kenapa daging sapi dan bayam harus dibatasi bagi pasien Thalasemia?
Ruswandi menerangkan bahwa pada tubuh pasien Thalasemia, mereka sudah memiliki kadar zat besi yang sangat tinggi. Jadi, ketika asupan makanan atau minuman yang mengandung zat besi tetap diterima dengan jumlah yang tidak terkendali, akan memperburuk kondisi kesehatan.
"Tubuh pasien Thalasemia itu sudah memiliki kadar zat besi yang tinggi. Ya, kalau mereka makan daging sapi atau bayam dengan jumlah banyak, malah akan membahayakan tubuhnya," tambahnya.