ROKOK memang kebanyakan dikonsumsi oleh Kaum Adam, tapi bukan berarti tidak ada Perempuan yang merokok. Cukup banyak juga perempuan yang merokok baik rokok kretek maupun rokok filter.
Terlepas dari jenisnya, mengisap rokok memang memberikan efek samping terhadap tubuh. Biasanya, merokok akan memberikan dampak pada paru-paru, iritasi saluran pernapasan, bahkan gangguan pada sistem reproduksi.
Spesialis penyakit dalam dr. Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM dari Universitas Gadjah Mada memaparkan bahaya rokok yang bisa mengancam kesehatan kaum Hawa meliputi kanker serviks, kanker payudara, terganggunya siklus menstruasi dan kesuburan hingga komplikasi kehamilan.
Pandang menjelaskan, sebuah penelitian mengungkapkan kandungan bahan kimia pada rokok dapat meningkatkan risiko wanita mengalami kanker serviks (leher rahim) dan kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak merokok.
"Bahan kimia pada rokok dapat melemahkan pertahanan sel serviks serta meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan peradangan. Hal ini secara tidak langsung akan membuat pertumbuhan sel yang tidak normal atau sel kanker di serviks bisa terjadi dengan lebih mudah," kata dia.
Â
Dokter spesialis penyakit dalam di Primaya Hospital Sukabumi ini menambahkan, perempuan yang merokok juga berisiko lebih tinggi mengalami kanker jenis lainnya, seperti kanker usus besar, bila dibandingkan dengan perokok pria.
Siklus menstruasi dan kesuburan juga bisa terdampak akibat kebiasaan merokok. Perempuan yang merokok berisiko besar mengalami gangguan menstruasi, seperti keputihan, infeksi vagina, perdarahan yang tidak normal, atau kram hebat yang berlangsung lebih dari dua hari.
Selain itu, wanita perokok juga bisa mengalami gangguan siklus menstruasi dan penurunan tingkat kesuburan. Fungsi indung telur (ovarium) wanita perokok untuk melepaskan sel telur lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Ini sebabnya mereka juga sering mengalami amenorrhea (tidak haid).
"Bahan kimia yang terkandung pada rokok juga diketahui mampu mengubah komposisi cairan serviks menjadi tidak ramah terhadap sperma. Akibatnya, sperma tidak bisa bertahan lama di vagina dan proses pembuahan pun terhambat," jelas dia.