PENANGANAN pandemi Covid-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang semakin baik. Kasus positif harian terus menurun, angka kesembuhan meningkat. Tetapi pandemi yang sudah berlangsung 2 tahun ini belum berakhir.
Pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan dan mewaspadai kemungkinan datangnya gelombang ketiga. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah berdampak luas tidak hanya terhadap kesehatan fisik masyarakat tetapi juga kesehatan jiwa.
Gangguan terhadap kesehatan jiwa sebagai dampak dari pandemi bukan tidak mungkin akan menjadi permasalahan baru yang sulit diselesaikan. Situs resmi Kementerian Kesehatan menulis, pandemi telah berdampak terhadap kesehatan jiwa jutaan orang, baik yang terpapar secara langsung oleh virus maupun yang tidak terpapar.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus Covid-19, tapi di sisi lain telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidak pastian.
“Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat,” kata dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Angka ini dipastikan meningkat tinggi selama masa pandemi.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga kesehatan diri, patuh dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan, serta selalu menjaga kesehatan jiwa dengan mengelola stress, menciptakan suasana yang aman, nyaman bagi seluruh anggota keluarga.
Psikolog Klinis Remaja dan Dewasa, Jennyfer, M. Psi. Psikolog, mengatakan, masyarakat mengalami stres karena merasa cemas selama masa pandemi yang membuat mereka jarang bertemu dengan orang lain.
“Banyak juga masyarakat yang tidak fokus dalam bekerja dan bersekolah karena harus bekerja dari rumah (WFH) dan belajar secara online. Stres yang mereka alami pun bervariasi. Ada yang hanya membutuhkan teman untuk bertukar pikiran, ada juga yang menyebabkan frustrasi seperti susah tidur. Kondisi ini akan menyebabkan seseorang kehilangan fokus,” kata Jennyfer, dalam Live Instagram Series ‘Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19’.
Meskipun pandemi dapat menimbulkan stress dan frustasi, namun bukan berarti Anda tidak bisa melangkah dan bangkit kembali untuk melanjutkan hidup dengan perasaan bahagia.
Merangkum Times of India, berikut ini 5 tips sederhana untuk menjadi orang bahagia seperti:
1. Fokus pada hal positif
Lihatlah segala sesuatu dengan sikap setengah gelas penuh. Berbahagialah dan bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki. Misalnya, mungkin saat ini Anda putus cinta akibat pandemi yang menyusahkan bertemu dengan kekasih. Tapi lihat sisi positifnya, setidaknya Anda masih bekerja dan bisa mencari kekasih yang dapat menjadi teman hidup Anda.
2. Lakukan apa yang Anda sukai
Jangan melakukan apa yang orang lain harapkan darimu. Lakukan apa yang Anda suka, membantu Anda tumbuh, dan memberi Anda kebahagiaan.
3. Dengarkan musik
Dengarkan musik yang bagus, menyenangkan dan menimbulkan hal-hal positif. Jika Anda ingin menonton acara, maka tontonlah sesuatu yang positif.
4. Bergaul dengan orang yang positif
Sangat penting bagi Anda untuk menjauhkan diri dari orang-orang negatif, toxic, dan banyak menuntut. Maka kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang positif dan penuh kasih.
5. Berhenti mengeluh
Anda harus memeriksa apa yang Anda katakan dan apa yang Anda pikirkan. Saat Anda mulai berpikir negatif tentang seseorang atau sesuatu kemudian secara sadar mendorongnya menjauh. Anda sendiri akan merasa lebih ringan dan lebih bahagia setelah beberapa hari tanpanya.