BANYAK orang masih melakukan hal-hal di luar nalar demi membuat konten. Bahkan, tidak jarang konten-konten yang mereka tampilkan cenderung berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain.
Nah, belakangan konten yang tengah ramai adalah konten prank yang tentu saja merugikan orang lain. Oleh karena itu, timbul pertanyaan apakah konten ini dibuat secara sadar atau tidak akan bahaya di baliknya.
Psikolog Dr. Ade Iva Wicaksono, sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila mengatakan, biasanya mereka yang membuat konten tersebut adalah orang yang sadar dengan tujuannya, bahkan dengan risiko yang akan diterimanya.
“Mereka sadar ketika bikin prank atau konten yang sengaja mengekspos hal tertentu, itu dilakukan secara sadar. Istilahnya mereka cari makan dari situ. One way to make a living (cari nafkah),” ujarnya kala dihubungi Okezone.
Dr. Ade Iva juga menjelaskan istilah ini disebut sebagai Problematic Social Media Use (PSMU). Hal ini terjadi ketika seseorang melihat media sosial sebagai platform utama kehidupan. "Menjadi problematik karena dengan begitu, maka jadinya muncul pemiliran, fake all pun enggak apa-apa," katanya.
"Sehingga fenomena demi konten ini bukan sesuatu yang mengherankan lagi. Ini adalah sebuah konsekuensi logis ketika seseorang mendefinisikan media sosial sebagai platform utama dalam kehidupan,” tambah dia.
Dr. Ade Iva melanjutkan, pemanfaatan media sosial berlebihan ini ujung-ujungnya menjadi penyakit. Oleh karena itu PSMU erat kaitannya dengan kesehatan mental karena mereka sudah tidak mempedulikan atau ibaratnya menjual nilai-nilai di masyarakat seperti, kesopanan, harga diri, akal sehat, rasa malu demi viral mendapat banyak likes, comment dan followers begitu.
Tidak heran, jika tidak sedikit orang yang melakukan hal nyeleneh agar followers menjadi lebih banyak dan job endorse-an melimpah. Sayangnya, mereka pun berlindung di balik kata 'hidup ini kita yang jalanin'.