SALAH satu hal yang berubah di saat Pandemi Covid-19 adalah intensitas kita menggunakan gadget. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak yang harus berkutat dengan gadget atau bisa disebut screen time.
Beberapa orangtua pun tetap ketat tak mengijinkan anaknya untuk screen time, sementara yang lain agak longgar. Akademi Kedokteran Anak Amerika Serikat melarang screen time bagi anak di bawah 18 bulan, kecuali melakukan obrolan video. Sementara untuk anak usia satu dan dua, maksimal adalah satu jam.
Belakangan, sebuah program anak-anak berisi medley lagu-lagu anak berjudul Cocomelon menjadi favorit hampir semua anak di dunia. Beberapa warganet menyoroti bahwa tayangan Cocomelon memicu anak untuk jadi terlalu aktif, pasalnya tempo adegan per adegannya disebut terlalu cepat.
Dibanding tayangan "My Little Pony" misalnya, adegan berganti setiap empat sampai enam detik, sementara Cocomelon berganti setiap satu hingga tiga detik.
Sebuah penelitian pada 2011, dikutip dari Parents.com pada Rabu, menyebutkan bahwa menonton sebuah program dengan tempo yang cepat selama sembilan menit mampu merusak fungsi eksekutif seorang anak.
Namun pada 2015, peneliti yang sama yakni Angeline Lillard, seorang psikolog perkembangan dari Universitas Virginia, menggelar studi lain.
Kali ini dia dan rekannya menyimpulkan bahwa "konten yang fantastis" bukan tempo-nya yang sebenarnya jadi masalah. Dalam kedua studi, efeknya cuma terjadi dalam jangka pendek.