MUTASI virus Covid-19 memang terus terjadi selama vaksin Covid-19 belum disebar secara merata. Terbaru adalah varian Omicron, yang menyebabkan lonjakan kasus positif Covid-19 di berbagai daerah.
Varian Omicron memang disebut tidak lebih berbahaya dari varian lainnya. Hanya saja, tingkat penularan varian omicron yang tinggi membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat mewaspadai varian ini.
Tapi, belakangan WHO melaporkan hadirnya versi baru varian Omicron yang dikenal sebagai BA.2, dengan beberapa perbedaan dalam beberapa mutasi termasuk pada protein spike. Versi BA.2 yang secara teknis turunan dari varian Omicron (BA.1), seperti dikutip Antara dari Health, menjadi varian yang sedang diselidiki.
Menurut Statens Serum Institut, lembaga penelitian pemerintah Denmark, BA.2 memiliki beberapa perbedaan genetik dibandingkan dengan BA.1 di area yang paling penting, tetapi signifikansi dari mutasi tersebut belum terlihat.
Otoritas Kesehatan di Inggris (UKHSA) mengatakan, setelah Denmark, urutan kasus BA.2 terbanyak berada di India, Swedia dan Singapura.
Sub-varian ini juga telah terdeteksi di Amerika Serikat. Menurut pelaporan terbaru dari Washington Post, setidaknya tiga kasus BA.2 telah dilaporkan di Houston Methodist Hospital, Texas; dan dua kasus ditemukan di negara bagian Washington.
Beberapa ilmuwan memberi BA.2 julukan siluman Omicron karena memiliki sifat genetik tertentu yang membuatnya lebih sulit untuk diidentifikasi sebagai Omicron pada tes diagnostik khususnya tes PCR.