KETIKA seorang calon ibu memiliki bayi dalam perutnya, tentu saja dia harus menjaga kebutuhan gizi serta keselamatan sang bayi. Apalagi, saat ini ada virus Covid-19 yang tengah merajalela.
Tapi, ada juga penyakit yang berbahaya bagi para bayi, yakni hidrosefalus atau adanya air pada otak. Kondisi ini bisa terjadi karena penumpukan cairan serebrospinal (CSF) di dalam atau di sekitar otak.
Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan peregangan jaringan otak, yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lantas, apa penyebab dari kondisi ini? Merangkum dari SSM Health, hidrosefalus bisa terjadi karena beberapa hal.
Hidrosefalus seringkali bersifat bawaan, artinya bayi dilahirkan dengan penyakit ini, namun tidak menutup kemungkinan bayi dan anak-anak juga dapat mengalaminya. Tidak ada satu pun penyebab spesifik dari hidrosefalus kongenital.
Namun, kondisi ini kemungkinan besar terkait dengan cacat genetik, atau akibat kelainan lain seperti spina bifida atau ensefalokel (tonjolan otak seperti kantung).
Hidrosefalus biasanya terdeteksi melalui USG prenatal antara 15 dan 35 minggu kehamilan. Spesialis Kehamilan dapat memastikan diagnosis ini dengan pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik janin (MRI), yang memberikan gambar otak yang lebih detail.
Selama kehamilan, hidrosefalus biasanya dikelola dengan observasi. Saat ini, tidak ada pengobatan janin untuk gangguan ini. Jika bayi Anda telah didiagnosis menderita hidrosefalus, maka Anda mungkin mengindikasikan perlunya persalinan dini.
Setelah anak lahir, hidrosefalus dapat diobati dengan salah satu dari tiga pilihan bedah yang tersedia, diantaranya:
Shunt
Alat yang memungkinkan tekanan di otak menjadi normal dengan mengalirkan cairan ke dalam rongga perut, tempat cairan dapat diserap kembali.
Baca Juga: Ikut Acara Offline BuddyKu Fest, Cara Jadi Content Creator Handal Zaman Now!
Baca Juga: Meet Eat Inspire, Hypernet Technologies Tawarkan Solusi PowerEdge Gen 15 Server
Follow Berita Okezone di Google News