PROFESOR Dr dr Terawan Agus Putranto mendadak jadi pembahasan hangat. Ini setelah mantan menteri kesehatan itu diberhentikan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pemberhentian itu merupakan hasil keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) dalam Muktamar Ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat 25 Maret 2022.
Terawan sendiri selama ini dikenal sebagai penggagas Vaksin Nusantara. Ia menggunakan metode sel dendritik untuk mengembangkan vaksin covid-19 tersebut.
Baca juga: IDI Berhentikan dr Terawan dari Keanggotaan, Ada 3 Poin Penting di Sidang MKEKÂ
Beberapa waktu lalu ia mengatakan tinggal selangkah lagi vaksin sel dendritik tersebut rampung dikerjakan dan diklaim dapat membantu menyelesaikan pandemi covid-19 di Indonesia. Salah satu alasan mengapa Vaksin Nusantara tetap harus dilakukan sampai tuntas adalah kepercayaan Terawan bahwa vaksin ini begitu aman. Itu kenapa dia melibatkan istri dan anak dalam penelitian.
Sementara Kepala Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan metode dendritik yang digunakan untuk pembuatan Vaksin Nusantara pernah dipakai untuk terapi kanker. Dia menjelaskan bahwa metode ini adalah mengambil sel dendritik yakni satu sel yang menyusun kekebalan manusia.
"Sel dendritik ini adalah salah satu bagian dari sel-sel yang menyusun kekebalan manusia ya," jelas dia dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
"Jadi, dia memang akan mengenali benda-benda asing yang masuk termasuk virus atau bakteri. Kemudian, ceritanya akan dimakan oleh dia dan katakanlah akan dipotong-potong dan bagiannya akan dimunculkan di permukaan sel tersebut," terangnya.
Baca juga: Potensi 80 Juta Orang Mudik pada Lebaran 2022, Kemenkes: Segera Vaksinasi BoosterÂ
Sel-sel yang muncul itu, kata Amin, yang akan merangsang dan membentuk kekebalan atau membentuk antibodi.
"Nah bagian-bagian dari virus atau bakteri yang dimunculkan ke permukaan itu akan merangsang kekebalan seluler atau kalau dia akan bergabung dengan beberapa molekuler maka akan membentuk kekebalan. Artinya pembentukan antibodi," paparnya.