PERWAKILAN dari Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) Teddy Nugraha menceritakan awal mula menyukai sepeda-sepeda lawas tersebut. Ia mengatakan sepeda jenis ini tidak bersaing dengan merek atau model terbaru.
Menurut dia, berbeda dengan sepeda yang saat ini kerap dipakai oleh sebagian orang untuk olahraga, karena dari tahun ke tahun selalu bersaing dan akhirnya memiliki bukan karena fungsi.
Baca juga: Tidak Sekadar Gowes, Komunitas Sepeda Tua Ikut Menjaga Sejarah IndonesiaÂ
"Jadi awalnya tuh memang suka dengan sepeda. Lalu di pertengahan ada sepeda baru. Sempat ikutan, ternyata emosionalnya tinggi. Makin yang punya uang, makin punya barang baru," katanya dalam Podcast Aksi Nyata bertajuk 'Romantisme Gowes Sepeda Tua di Era Metaverse' dalam kanal YouTube Partai Perindo, Sabtu (26/3/2022).
Ia melanjutkan, adanya sepeda tua tidak pernah bersaing dengan siapa pun. Sebab setiap sepeda tua yang dirawat memiliki historis masing-masing. Ada yang mendapatkannya dari warisan kakeknya, ada juga yang tidak sengaja menemukan karena sepeda itu telah dibuang oleh pemiliknya.
Baca juga: Selain Olahraga, Ajang Lari dan Gowes Bisa Sambil Lestarikan LingkunganÂ
Sebagai contoh, kata Teddy, beberapa waktu lalu dirinya sempat membeli sepeda tua seharga Rp25 ribu. Kemudian dia merawatnya atau membersihkannya, sehingga terlihat jauh lebih bagus dari kondisi sebelumnya.
Ketika keadaan sepedanya sudah jauh lebih bagus, maka nilainya pun bertambah. Sempat ada yang menawarnya hingga Rp2,5 juta. Oleh karena itu, kata Teddy, sepeda tuanya tersebut bisa menjadi lebih berharga ketika memilikinya, kemudian dijaga dan dirawat. Sesuai visi dan misi komunitasnya selama ini.