HIPERPIGMENTASI menjadi salah satu masalah kulit yang kerap dialami kaum hawa. Terbukti dari data Nielsen Serum Insights on Skin Problems 2019 yang menyebut bahwa hiperpigmentasi menjadi masalah kulit yang dialami 10 dari 10 perempuan Indonesia.
Apa sih sebenarnya hiperpigmentasi? Dokter kulit Dr Danar Wicaksono, SpDV menjelaskan, hiperpigmentasi terbentuk sebagai bentuk proteksi kulit untuk melindungi diri dari paparan yang mungkin merusak kulit, sehingga menimbulkan warna yang lebih gelap.
Oleh karena itu, hiperpigmentasi menyebabkan ragam permasahan kulit seperti warna kulit tampak lebih gelap. Hal ini ditandai dengan kemunculan noda hitam di wajah, lingkar hitam pada bawah mata, kulit kusam, dan warna kulit tidak merata.
“Hiperpigmentasi terjadi karena beberapa faktor. Antara lain, paparan sinar matahari, inflamasi karena bekas jerawat dan bekas luka, perubahan hormon, obat, serta juga genetika,” kata dr Danar di acara Garnier Skincare Academy virtual, Rabu (20/4/2022).
BACA JUGA :Â 5 Cara Atasi Hiperpigmentasi, Masalah Kulit yang Bikin Krisis Pede!
Dengan berbagai faktor tersebut, penting untuk melakukan pencegahan. Misalnya, melindungi kulit dari paparan sinar matahari, misalnya dengan memakain sunscreen, hingga tidak membuat inflamasi yang lebih parah saat berjerawat.
“Kalau berjerawat, disarankan agar tidak dipencet, karena ini bisa memperparah inflamasi dan menyebabkan hiperpigmentasi. Sebenarnya, tanpa itu pun juga bisa menimbulkan bekas jerawat,” kata dr Danar.
Kemudian untuk mengatasi hiperpigmentasi, sambung dia, dapat menggunakan skincare yang mengandung bahan-bahan aktif seperti vitamin C hingga niacinamide. “Terutama di bagian kulit yang lebih dalam memerlukan bantuan bahan aktif yang dapat menembus ke bagian dalam untuk menyamarkannya,” ujarnya.
(hel)