CUACA di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini memang cukup panas. Meski demikian, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan panas terik yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia bukanlah fenomena gelombang panas.
Menurut WMO (World Meteorological Organization), gelombang panas atau dikenal dengan āheatwaveā merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.
Adapun suhu maksimum terukur selama periode tanggal 01 ā 07 Mei 2022 di Indonesia berkisar antara 33 - 36.1 °C. Adapun suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.
Ketika cuaca panas kita pun akan mengalami keringat berlebih, terlebih ketika harus beraktivitas di luar ruangan. Keringat berlebih ini pun bisa memicu dehidrasi, yang akan berujung pada kelelahan dan tekanan darah tinggi karena kurangnya cairan dan mineral tubuh.
Cuaca panas pun mendorong seseorang untuk selalu ingin mengonsumsi air dingin. Selain menyegarkan, ada sebuah mitos yang berkembang di tengah masyarakat bahwa minuman dingin sangat ampuh menurunkan suhu tubuh. Mitos ini sebetulnya didukung oleh berbagai studi yang telah dilakukan selama bertahun-tahun.
Namun sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Ottawa mematahkan hipotesis tersebut dan menyatakan minuman hangat āmungkinā menjadi pilihan terbaik untuk menjaga kestabilan suhu di dalam tubuh.
Para peneliti menemukan, sistem penginderaan yang berada di dalam mulut, tenggorokkan, dan perut dapat memicu keluarnya keringat ketika seseorang mengonsumsi cairan panas. Namun uniknya, suhu di dalam tubuh tetap seimbang bahkan mengalami penurunan.
Untuk mengetes temuan tersebut, Ollie Jay dan timnya dari Universitas Ottawa melakukan survey terhadap 9 responden. Para responden diminta untuk bersepada selama kurang lebih 75 menit sambil mengonsumsi air panas pada level-level tertentu.
Tidak seperti penelitian sebelumnya, Dr Jay tidak hanya mengandalkan terkometer rektal sebagai proxy untuk suhu inti. Sebaliknya, ia memantau tingkat metabolisme dan menyebarkan delapan thermometer di beberapa bagian tubuh, termasuk pada bagian dalam hidung dan kerongkongan.